Langsung ke konten utama

Postingan

GARDU JAGA TLAHAB LOR, 1 lagi yang masih tersisa

Postingan ini sekaligus menjadi ralat tulisan saya sebelumnya . Untunglah ada komentar yang mengingatkan saya untuk kembali membuka file lawas. • Oleh : Anita Wiryo Rahardjo • Purbalingga kabarnya memiliki 6 gardu jaga. Gardu jaga di Siwarak, Karang Reja adalah yang paling terakhir saya kunjungi pada Oktober 2016. Namun saya lupa masih ada satu lagi yang tersisa. Yaitu gardu serupa di Tlahab. (Ket : foto hasil skrinsut, monggo bisa di gugling saja, karena kebetulan saya memang tidak memiliki foto gardu ini secara pribadi. Beda dengan gardu jaga di Siwarak, gardu ini tak memiliki jendela lebar buat berdoto hehe) Seketika saya pun teringat 5 tahun silam saya bertemu Barwono yang waktu itu menjadi juru pelihara Gardu Jaga di Tlahab Lor dan Tugu peringatan A.W. Sumarmo Tlahab Kidul. Sekarang masihkah bertugas, Pak ? Karena tujuan saya ke Tlahab saat itu berbeda, maka hanya selintas lalu Pak Barwono mengisahkan perihal keduanya. Soal tugu atau monumen A.W. Sumarmo yan

KLASIKNYA FARMHOUSE SUSU LEMBANG

Salah satu yang jadi favorit saya adalah susu. Diapain ? #Eh. Apalagi susu sapi murni. Dan ditambah dengan suasana khas pedesaan abad pertengahan dunia barat, menjadikan minum susu disini makin berasa klasik. Fav banget. Yuk ikutan piknik yang lagi nge- hits . Farmhouse Susu di Lembang, Bandung Oleh : Anita Wiryo Rahardjo Dua perempuan yang mengenakan pakaian petani tradisional khas Eropa dengan roknya yang lebar mengembang nampak berkeliling sembari sesekali berhenti untuk berswafoto. Semula saya pikir mereka begitu niat berfoto sampai membawa kostum segala. Namun saya ketahui belakangan bahwa pengunjung bisa menyewanya di Farmhouse Susu ini. Ada sewa per jam. Jadi bisa dipakai jalan-jalan. Ada yang hanya sewa untuk foto di studio. Farmhouse Susu memang menawarkan konsep miniatur pedesaan lengkap dengan suasana pertanian dan peternakan serta rumah tinggal di Eropa dan Amerika. Bahkan hingga ke dekorasi bangunan kafe-nya tak lepas dari konsep ini. Ada yang sang

Gardu Jaga Siwarak, 1 yang tersisa

Rasa penasaran akan sesuara yang beragam seputar Gardu Jaga sebagai salah satu peninggalan kolonialisme membuat saya harus memilih dan memilah. • oleh : Anita WR •   Gardu jaga adalah sesuatu yang lumrah pada masa cultuur stelsel diberlakukan. Purbalingga disebut-sebut memiliki 6 bangunan gardu jaga. Satu-satunya yang masih utuh dan terawat adalah Gardu Jaga di Siwarak, Karang Reja. Sebelum sampai di Objek Wisata Goa Lawa, kita dapat melihat sebuah gardu kecil di sisi kiri jalan. Bertuliskan Gardu VOC. Mohon jangan terlalu pedulikan penampakan Mbak bermantel kuning yang bukan model di foto ini. Yang pasti dapat disaksikan gardu dalam kondisi terawat sekarang ini. Lumut di bagian bawah tembok merupakan sesuatu yang lumrah. Pada posting sebelumnya disebutkan, bahwa menurut salah seorang pengajar sejarah di Purbalingga yaitu Mas Dwihatmoko, tidak tepat jika bangunan ini disebut sebagai Gardu VOC. Sejak 1799, dimana kongsi dagang VOC mengalami kebangkrutan, Nusantara di

TRADISI WISUHAN

Daur hidup manusia tak lepas dari rangkaian adat istiadat. Saat memasuki 40 hari, dilaksanakanlah tradisi Wisuh atau Wisuhan. • oleh : Anita WR • Pagi itu seorang pria pensiunan Polantas sibuk mencari anak-anak kecil. Minggu pagi memang tak mudah mencari para bocah di rumah. Mereka sedang asyik jalan-jalan bersama keluarga tentunya. Beruntung ada tiga bocah kelas 1 SD yang baru bangun keluar rumah dan kemudian dimintalah mereka bersiap memperebutkan uang. Ketiganya hanya mantuk-mantuk bingung. Mereka tak tahu bahwa mereka tengah dilibatkan dalam tradisi Wisuh. • Cukur rambut • Didalam rumah, seorang bayi mungil sedang dicukur bergantian oleh dukun bayi dan pihak keluarga. Dalam kebiasaan lain, saat seperti ini juga sambil dibacakan shalawat. Namun tidak hari itu. Pemandangan ini berbeda dengan yang pernah dilakoni saudara sepupu saya. Menjelang hari ke-40 (bisa dimulai dari hari ke-35 atau selapan dina), dukun bayi yang biasa mengurus ia dan puteri kecilnya secara kh

MASJID SAYYID KUNING ONJE

Lagi dan lagi saya harus ngugemin soal dunung atau belum. Setelah kali ketiga mengunjungi Masjid Raden Sayyid Kuning, barulah saya dapat berbincang dengan Kyai Maksudi, sang Imam Masjid sekaligus generasi penerus Ngabdullah Syarif. • Oleh : Anita Wiryo Rah ardjo • Jauh sebelum Kadipaten Onje berdiri, sebuah tempat peribadatan umat Islam telah lebih dulu ada di Onje. Ya, Onje yang tengah kita bicarakan ini adalah desa Onje yang berada di kecamatan Mrebet. Disanalah, Masjid Raden Sayyid Kuning berdiri untuk terus mensyiarkan agama Islam. (Foto masjid tahun 2013) Dalam cerita turun temurun yang dipercaya masyarakat Onje, seorang pengelana asal tanah Arab datang ke tanah Jawa. Seorang bernama Syekh Mubakhir dan seorang lagi Syekh Samsudin. Ini seperti yang dikisahkan Kyai Maksudi setahunan lalu. Dan Onje, yang kala itu masih berupa hutan tak bertuan menjadi salah satu tempat yang pernah dilalui oleh seorang wali dalam perjalanannya menyebarkan Islam. Namanya adalah Syekh