Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label Tuk

AIR KEHIDUPAN DI TUK BIMA LUKAR

Dipercaya sebagai mata air purba, Tuk Bima Lukar diyakini memiliki tuahnya tersendiri. Tirta perwita sari. Mata air kehidupan. Tak heran, jika pengunjung memanfaatkannya untuk mencuci muka ataupun bersuci begitu tiba ditempat ini. • oleh : Anita Wiryo Rahardjo • Kota Para Dewa memang masih selalu menarik untuk dikunjungi. Meski hanya sekedar lewat, rasanya sayang jika melewatkan Tuk Bima Lukar begitu saja. Lagipula, mata air ini berada di tepi jalan utama memasuki Wonosobo. Dan tak dikenakan biaya masuk. Selintas keberadaan Tuk Bima Lukar memang tak terlihat dari jalan raya. Karena kita harus menuruni sedikit anak tangga diantara rerimbunan kebun carica dan sebuah bangunan serupa benteng di sisi jalan raya ini. Suasana dingin langsung menyergap begitu kita mendapati dua buah jaladwara (pancuran dengan bentuk lingga dan ujung tepat air muncrat berupa yoni). Beberapa kawan langsung saja mencuci muka. Setelah perjalanan panjang, percikan air memang mengembalikan kesegara...

FESTIVAL TRADISI SURA (1) : FGS

Fase bulan baru kali ini telah mengantarkan kita memasuki Sura. Bulan pertama dalam kalender Jawa. Sistem pergantian waktu berbasis lunar. • oleh : Anita Wiryo Rahardjo • Hadirnya Sura diwarnai cukup banyak agenda festival budaya. Termasuk di Purbalingga. Beberapa diantaranya : Festival Gunung Slamet (FGS), Festival Larung Gintung, Grebeg Onje, Festival Congot hingga ruwatan di sejumlah tempat seperti di  Museum Lokastithi Giri Bdhra Cipaku, desa Panusupan, desa Grecol dan desa Kejobong. • Festival Gunung Slamet • Event tahunan Festival Gunung Slamet (FGS) telah memasuki tahun ke-3. Prosesi pengambilan air dengan lodong di Tuk Sikopyah menjadi yang paling dinanti warga Serang dan sekitarnya. Bagaimana tidak ? Sumber mata air dingin dari Gunung Slamet ini dipercaya memiliki tuahnya tersendiri. Mangga untuk kisah tentang Tuk Sikopyah dapat dilihat di postingan FGS tahun-tahun sebelumnya. FGS #3 dilaksanakan pada 21 - 23 September 2017 di Serang Rest A...

TUK WINONG

"Kalau tidak kebeneran, pulang dari sini bisa sakit", katanya saat mengantar kami menuju pesarean Eyang Kertapati siang itu. (Oleh : Anita W.R)  Sabtu siang di musim kemarau dampak el-Nino, salah seorang atasan mengajak saya mengunjungi sebuah mata air yang tak pernah kering. Bahkan pada musim kemarau sekalipun. Tuk ini berada di Kali atau Sungai Kabong grumbul Padaurip, dukuh Loji, desa Prigi. Saat itu matahari sudah hampir menuju puncaknya. Namun gemericik air yang terdengar sepanjang ladang jagung yang kami lalui terasa menyejukkan. Pak Mad Wiyardi, salah seorang sesepuh yang mengantar kami ke lokasi menyarankan sowan sejenak di pesarean Eyang Kertapati. Leluhur desa sekaligus ' penjaga ' Tuk Winong. Dalam bahasa Jawa Banyumasan, pria sepuh yang kini sibuk bertani ini memintakan ijin kedatangan kami siang itu. Ketika ditanya maksud dan tujuan, kami serempak menjawab, "sekedar main". Karena memang itu tujuan awal kami. Yang ada dibenak ka...