Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label Khas

KULA NUWUN,... ANDUM SLAMET SEDULUUURRR

Kula nuwun.. Wilujeng Enjing.. Andum slamet... Ketiga kosakata ini tengah kembali akrab ditelinga. Saya dibisiki bahwa inilah salam Penginyongan (boleh dibaca : panginyongan). • oleh : Anita Wiryo Rahardjo • Tak banyak yang bisa saya lakukan selain terbengong-bengong saat diminta membawakan sebuah acara kedinasan dalam bahasa penginyongan. Dimana persiapan yang diberikan tak lebih dari 24 jam. " Teyeng ora ? ", batin saya. Karena meski dalam lingkup pergaulan, bahasa ini menjadi keseharian, namun tidak demikian di dalam rumah. Bahasa penginyongan lazim dituturkan oleh masyarakat Banyumas Raya. Meliputi : Banyumas, Purwokerto, Purbalingga, Banjarnegara dan Cilacap. Wilayah yang dikenal berbahasa ngapak. Ah !! Saya kemudian teringat bagaimana beberapa kawan (bahkan Ibu' saya) begitu terluka dengan istilah ngapak. Istilah bahasa yang entah kenapa jadi gojekan pakdhe-budhe saya di Solo. Tapi sudahlah, dengan istilah "basa penginyongan" yang kini d...

KENANGAN AKAN KINANG

Banyak yang sedang saya rindukan belakangan ini.Salah satunya aroma khas itu.Mungkin mirip feromon ya karena efeknya jadi ngangenin.Sepet kecut pedes yang mendamaikan. (Oleh : Anita W.R) Sembari mengisahkan legenda Batu Menangis asal tanah kelahirannya, perempuan sepuh itu tak berhenti mengunyah. Sesekali, sekelompok anak kecil yang mengelilinginya mendapat bonus ditempel apa yang dikunyahnya. Mereka tergelak riang, dan tak jarang nimbrung aja minta ikut mengunyah kinangannya. Kinang (foto diunduh dari sini ) jadi pelengkap suasana kebersamaan yang terbangun ditengah-tengah keluarga besar kami.Saya bahkan sudah mencobanya diusia SD. Eyang Buyut Putri saya adalah salah seorang yang nginang.Kebiasaan itu konon sudah dilakoninya saat masih tinggal di tanah seberang.Dipercaya bisa mengharumkan badan dan menguatkan gigi, kinang menjadi salah satu ramuan ampuh favoritnya. Ah, Uyut peduli penampilan juga ternyata. Sayangnya, pada kemudian hari mereka yang ndatuk nginang malah me...

BATIK PURBALINGGA DIMULAI DARI ERA NAJENDRA

Sore yang terbalut hujan. Seketika nama udan liris mampir di pikiran. Eh, lalu bagaimana dengan truntum, kawung, lumbon, sekar jagad atau bahkan cebong kumpul ? Semarga kan ? (Oleh : Anita W.R.) Pertanyaan itu kian menggelitik setelah pertemuan pertama saya dengan seseorang ini terjadi pada Desember 2013. Satu kalimat yang saya ingat darinya adalah " Batik Purbalingga itu sudah punya khas sejak awal ". Antara takjub, bingung dan tidak mudheng , rangkaian penasaran itu saya endapkan hingga menuju 2 tahun. Ya, bicara Batik, banyak informasi, artikel sampai literatur yang membahasnya. Namun batik Purbalingga, hanya sekelumit yang saya ketahui. Padahal saya ada di kota ini sejak lahir dan tinggal dikelilingi beberapa pembatik sepuh. Memori saya pada bagian ini sepertinya tidak terlalu baik, sampai-sampai sulit membacanya. Tapi kalau boleh, ijinkan saya menyebut nama mereka satu per satu. Eyang Din, Mbah Sastro, dan Mbaeh Nana adalah nama-nama pembatik sepuh yang...