Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label Seni

Dari Mbah Suralingga hingga Wedang Menir

Alunan calung dengan senandung magis terdengar di sebuah pendapa berbentuk joglo. Seorang berpakaian serba hitam tengah menerawang Dakem, si gadis muda yang mengalami kejang. Ia diduga terkena "ipat-ipat wayah sandekala". Dan Mbah Suralingga sedang menyembuhkannya. • oleh : Anita Wiryo Rahardjo • Suasana berubah kembali penuh gelak tawa ketika sang "dukun" harus berulang kali menelan air kembang yang semestinya disemburkan pada pasiennya itu. Pertunjukan tradisi lisan dari Duta Seni Purbalingga ini makin membuat pengunjung bergeming. Anjungan Jawa Tengah ramai siang itu. Minggu, 3 September 2017. Acara yang dimulai pukul 09.00 pagi ini memang sejak awal sukses menyedot penonton. Kolaborasi tradisi lisan, calung dan lenggeran antara sanggar seni Dersanala dan Wisanggeni mengundang banyak decak kagum. Penabuh calung adalah para pelajar tingkat SMP yang tergabung dalam sanggar seni Wisanggeni asuhan Wendo Susetyo. Mereka inilah yang menjuarai FLS2N t...

Paduan aroma sawah dan nikmatnya Sega Bakal di Bakal Angkringan

Jika sebagian besar dari kita memilih mengkonversi lahan bambu menjadi pemukiman. Maka sekelompok anak muda ini tengah mempertahankannya untuk dikelola menjadi beberapa kerajinan. • Oleh : Anita W.R • Jelas terlihat satu set kursi ini terbuat dari bambu. Jenisnya adalah bambu atau pring tutul. Salah satu yang tergolong langka di Indonesia. Padahal, Indonesia ini endemik sekitar 150-an jenis bambu dari seribuan jenis yang ada di dunia. Keunikan pring tutul adalah bercak hitam dan keemasan di sepanjang batangnya. Bambu berdiameter rata-rata 9 cm ini banyak tumbuh di desa Bokol, Kecamatan Kemangkon. Tempat bermukim Dwi Kaliyan Kanca yang tergabung dalam “ Rumah Seni ” Darimu Entertainment Education. • Berawal dari Seni • Bagi Dwi Nugroho dan orang-orang di sekitarnya, bambu bukanlah barang baru. Cukup banyak papringan di sekitar mereka. Namun, penduduknya masih lebih memilih ikut dalam proyek galian C. Desa Bokol memang dialiri dua sungai besar. Klawing dan Serayu. Diman...

Digendong Mbah Buncis kemana-mana

"Tak Gendong Kemana-mana". Penggalan lirik lagu milik almarhum Mbah Surip ini entah mengapa terus saya dengungkan dalam hati saat melihat Mbah Buncis menggendong dan menari beberapa bulan lalu. Mungkin karena keduanya sama-sama mengartikan solidaritas. •Oleh : Anita Wiryo Rahardjo• Mbah Buncis merupakan salah satu tokoh sentral dalam seni Golek Gendong. Golek dalam bahasa Banyumasan berarti boneka. Boneka, seperti kita ketahui bersama, sering diikutsertakan dalam pertunjukan tradisi. Entah sekedar dolanan bocah hingga ritual. Tentu saja dengan bentuk beraneka rupa. Bedanya, dalam Golek Gendong bukan boneka yang digendong si penari. Melainkan penari (yang seolah) digendong boneka. Adalah takut yang teramat sangat, saat saya kecil melihat rombongan Golek Gendong ngamen ke rumah. Penampilan seram Mbah Buncis penyebabnya. Ditambah lagi orang-orang dewasa disekitar saya berujar " arep ana pageblug apa maning kiye ", seraya menutup pintu. Entah benar atau tida...

MENGENAL JEMBLUNG LEBIH DEKAT

Ini adalah salah satu bagian favorit saya. Bagaimana tidak ? Untuk bertemu dan berbincang dengan "mereka" ini saya butuh waktu bertahun-tahun. Mereka sebenarnya bukan orang baru dalam pergaulan saya. Tapi berbincang dengan tema "Jemblung" baru bisa terwujud beberapa pekan lalu. Pun tanpa sengaja, tanpa rencana. Apa sebenarnya yang membuat saya begitu tertarik ingin tau kesenian ini ? Semua lebih karena termakan cerita orang-orang tua di kampung yang selalu berpesan, "Desa kita tuh nggak boleh Wayangan, kalau mau nanggap ya bolehnya Dhalang Jemblung". Wayangan yang seperti appppaa ?? Bedanya apa ? Kenapa ? Daaan seterusnya. Itu yang terus mengganggu benak saya. Sebenarnya dalam beberapa event, kesenian ini pernah dipertunjukan. Bahkan belum lama ini. Cuma ya itu, pas tampil eeehhh justru saya yang entah dimana. Istilah orang pacaran tuh "nggak jodoh". Hahaha. Untungnya waktu itu pheromon kami sama-sama klop ( bahasanya mbok ya nggak us...