Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label Kinang

TRADISI WISUHAN

Daur hidup manusia tak lepas dari rangkaian adat istiadat. Saat memasuki 40 hari, dilaksanakanlah tradisi Wisuh atau Wisuhan. • oleh : Anita WR • Pagi itu seorang pria pensiunan Polantas sibuk mencari anak-anak kecil. Minggu pagi memang tak mudah mencari para bocah di rumah. Mereka sedang asyik jalan-jalan bersama keluarga tentunya. Beruntung ada tiga bocah kelas 1 SD yang baru bangun keluar rumah dan kemudian dimintalah mereka bersiap memperebutkan uang. Ketiganya hanya mantuk-mantuk bingung. Mereka tak tahu bahwa mereka tengah dilibatkan dalam tradisi Wisuh. • Cukur rambut • Didalam rumah, seorang bayi mungil sedang dicukur bergantian oleh dukun bayi dan pihak keluarga. Dalam kebiasaan lain, saat seperti ini juga sambil dibacakan shalawat. Namun tidak hari itu. Pemandangan ini berbeda dengan yang pernah dilakoni saudara sepupu saya. Menjelang hari ke-40 (bisa dimulai dari hari ke-35 atau selapan dina), dukun bayi yang biasa mengurus ia dan puteri kecilnya secara kh...

Kali ini Tentang Pekinangan

" Nyemplu..", itulah yang ada di otak saat melihat kotak-kotak mungil berbentuk manggis berbahan kuningan ini. Lucu banget kayak pipi kamu. Eh ? Ternyata namanya pekinangan. (Oleh : Anita W.R.) Postingan kali ini masih saja berkutat pada urusan kinang. Bedanya, wadah kinangan itulah yang akan tema kali ini. Mengapa wadah ? Karena luuucccuuu.... Suka banget liatnya. Apalagi kalau boleh pegang. Sayangnya enggak. Karena pekinangan yang saya lihat langsung adalah koleksi museum daerah Soegarda Purbakawatja Purbalingga. Sebagian orang menyebutnya sebagai kotak sirih. Juga tlepok . Dalam sejarahnya, kotak sirih sudahlah diketemukan di Sulawesi Selatan bersama benda-benda prasejarah lainnya semisal kail perunggu, gelang, anting bentuk hewan serta arca. Ini seolah menegaskan jika sirih sudah dikonsumsi sejak jaman logam. Dibuktikan dengan adanya kotak sirih itu. Kotak sirih bahkan pernah menjadi salah satu cinderamata antar kerajaan. Selanjutnya kotak sirih berkemban...

KENANGAN AKAN KINANG

Banyak yang sedang saya rindukan belakangan ini.Salah satunya aroma khas itu.Mungkin mirip feromon ya karena efeknya jadi ngangenin.Sepet kecut pedes yang mendamaikan. (Oleh : Anita W.R) Sembari mengisahkan legenda Batu Menangis asal tanah kelahirannya, perempuan sepuh itu tak berhenti mengunyah. Sesekali, sekelompok anak kecil yang mengelilinginya mendapat bonus ditempel apa yang dikunyahnya. Mereka tergelak riang, dan tak jarang nimbrung aja minta ikut mengunyah kinangannya. Kinang (foto diunduh dari sini ) jadi pelengkap suasana kebersamaan yang terbangun ditengah-tengah keluarga besar kami.Saya bahkan sudah mencobanya diusia SD. Eyang Buyut Putri saya adalah salah seorang yang nginang.Kebiasaan itu konon sudah dilakoninya saat masih tinggal di tanah seberang.Dipercaya bisa mengharumkan badan dan menguatkan gigi, kinang menjadi salah satu ramuan ampuh favoritnya. Ah, Uyut peduli penampilan juga ternyata. Sayangnya, pada kemudian hari mereka yang ndatuk nginang malah me...