Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label Muda

Hai, anak band Purbalingga...

Ehm !! Tak perlu kaget dengan deheman saya. Kadang seperti inilah salam perkenalan yang saya ucapkan. Tersasar kemari ya setelah klik salah satu link dari dolanpurbalingga.com ? Mangga pinarak. Kepalang tanggung. Hari ini saya turut menyuguhan sedikit tentang band indie di Purbalingga. • oleh : Anita Wiryo Rahardjo • Independent music a.k.a indie telah menapakkan langkah sebagai bagian dari industri musik di tanah air. Ya I-N-D-U-S-T-R-I. Menjadi 'indie' sekarang ini bukan lagi karena keterbatasan. Flashback, saya lalu diingatkan bagaimana konsep indie di tanah air banyak dicontek usai album "For Through to the Sap" milik PAS Band rilis. Atau bagaimana sebelumnya ada sekelompok musisi yang tergabung dalam Guruh Gypsi sudah nekat bener menjajal "industri" indie mendahului Yuke cs. Tapi rasanya tak lagi bijak ya jika saya panjang lebar ngebahas ini. Siapa gueh ?!?! Emdeeh sudah bukan. * mengedip Nah meski awalnya konsep indie m...

Dari Mbah Suralingga hingga Wedang Menir

Alunan calung dengan senandung magis terdengar di sebuah pendapa berbentuk joglo. Seorang berpakaian serba hitam tengah menerawang Dakem, si gadis muda yang mengalami kejang. Ia diduga terkena "ipat-ipat wayah sandekala". Dan Mbah Suralingga sedang menyembuhkannya. • oleh : Anita Wiryo Rahardjo • Suasana berubah kembali penuh gelak tawa ketika sang "dukun" harus berulang kali menelan air kembang yang semestinya disemburkan pada pasiennya itu. Pertunjukan tradisi lisan dari Duta Seni Purbalingga ini makin membuat pengunjung bergeming. Anjungan Jawa Tengah ramai siang itu. Minggu, 3 September 2017. Acara yang dimulai pukul 09.00 pagi ini memang sejak awal sukses menyedot penonton. Kolaborasi tradisi lisan, calung dan lenggeran antara sanggar seni Dersanala dan Wisanggeni mengundang banyak decak kagum. Penabuh calung adalah para pelajar tingkat SMP yang tergabung dalam sanggar seni Wisanggeni asuhan Wendo Susetyo. Mereka inilah yang menjuarai FLS2N t...

Indra Theater, dari tobong ke bioskop

Saya belum sanggup membayangkan seperti apa suasana gedung pemutaran film di Bobotsari, Purbalingga pada sekitar 5 dasawarsa lalu. Entah mengapa gambaran unik yang saya tangkap adalah lalu lalang penjual kacang bawang yang berkeliling menawarkan dagangannya sebagai peneman nonton film. • oleh : Anita Wiryo Rahardjo • Indra Theater menjadi salah satu dari tiga gedung pemutaran film yang dimiliki Purbalingga. Jika Rayuan dan Braling Theater berada di pusat kota dan cukup megah pada masanya, maka Indra Theater berlokasi di Bobotsari. " Orang Limbasari sampai Lambur ya lebih milih nonton disini ", kenang Ny. Naenah dan suaminya ketika kami berbincang beberapa bulan silam. Ditemani seorang kawan, saya sempatkan menengok bangunan gedung yang masih tersisa. Ternyata tak jauh dari kompleks pasar atau kantor pos Bobotsari. Bangunan bercat putih tampak rusak disana-sini. Belum keseluruhan permanen. Bagian atas masih menggunakan gedheg (bilik bambu beranyam) dan papan se...

Saat bertemu MATAJIWA 4 tahun silam

P erbincangan saya dengan mereka ini terjadi pada akhir 2012 silam. Kado istimewa saat saya masih dilabeli idealis. " Kita pengennya orang yang denger langsung ngerasa Indonesia banget meski nggak kental tradisi juga. Karena mau dibikin kebarat-baratan pun nada kita emang tetep aja ada unsur yang sangat meng-Indonesia " • Oleh : Anita W.R • Kalimat itu meluncur dari dua personel MataJiwa. Ya nama inilah yang dijadwalkan melakukan media visit saat itu. Cukup asing. Dan waktu satu hari membuat saya plus team keteteran menatap video live perform mereka. " Edan ", ujar salah seorang anggota team. Komposisi world music yang cukup rapat dengan raungan magis yang menggema ke sudut-sudut hati. Membawa ke suatu rasa yang antara dikenal dan tak dikenal. Sepakat. Edan. Kekacauan otak kami makin menjadi saat menyadari mereka miskin personel. " Mung loro ? Mata_{karo}_jiwa tok apa kiye ? Liyane ? ". Beberapa kawan media juga mulai clingukan. Berharap...

Repost & Ralat : Anak-anak Muda ini Kerrrrreeeeennnn !!

Dari ujung telepon di negeri (begitu mereka menyebut wilayahnya) sana, seseorang ini berkata " Kesenangan itu bukan berarti nekat ". Saya mengulum senyum membayangkan berapa prosentase kesenangan dan kenekatan untuk berbincang dengannya. (Oleh : Anita W.R) Bukan kawan lama yang berucap. Namun dia ( dan mereka ) membawa udara segar ditengah pengapnya rutinitas. Mereka inilah sebagian kecil anak muda Purbalingga yang membuat saya iri. Terutama pada semangatnya. Tidak yang menggebu-gebu sih tapi kontinyu. Sessi obrolan ngalor ngidul ini memang dilakukan atas nama pekerjaan. Beruntung keenam anak muda ini sudah sangat akrab dengan media. Hampir tidak ada kesulitan membuat insertion mengenai mereka selain durasi yang hanya diplot 5 menit. Program ini saya garap untuk salah satu media penyiaran publik lokal di Purbalingga. Lalu, siapa sajakah mereka ? Dengan rekomendasi beberapa kawan pewarta daaaaan..... emmmm stalking di sosmed (eh, nggak murni stalking lho ya)...