Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label Petilasan

Arsantaka dan Purbalingga

Terik mentari dan lengang. Usai kulminasi bergeser sedikit ke arah barat, saya memulai jalan-jalan bersama 3 anak dara yang tetiba keranjingan mengenal sejarah. ?   oleh : Anita Wiryo Rahardjo Meski berada di lingkaran pusat kota, tempat ini lengang. " Harusnya semalem, Mbak. Ramai ", kata beberapa warga. Kami hanya tersenyum sambil terus mengekor seorang pria yang akrab disapa Pak Karso. Jumat siang makam memang sepi. Gapura berwarna merah tembaga itu menandakan kami telah memasuki kawasan inti makam Arsantaka. • Cikal Bakal • Masyarakat Purbalingga bisa jadi sudah tidak lagi asing. Nama Ki Arsantaka banyak disebut dalam tulisan yang berkaitan dengan sejarah berdirinya Kabupaten Purbalingga. Sayang, tahun lahirnya tidak diketahui secara pasti. Arsantaka terlahir dengan nama Arsakusuma. Ia merupakan putera Adipati Onje II dengan isteri ke-3 nya, Nyai Pingen. Arsantaka memiliki seorang kakak bernama Yudantaka. Dikatakan Arsantaka melewati masa mu...

Menengok Arca Batu "Onje Bukut"

#Latepost. Tak apa kan ? Saya sedang sok sibuk belakangan ini. Sehingga banyak file menumpuk tak terolah. Dan inilah salah satunya. Arca Onje Bukut. • Oleh : Anita W.R • Dua hari saya dan seorang kawan bolak-balik ke desa Onje. Kawan saya ini cukup sering mengagendakan mandi di Kedung Pertelon atau Jojog Telu saat bulan Sura. Dan inipun mempermudah saya untuk langsung menuju ke berbagai lokasi " peliputan " dengan mudah. Ia mengenal medan Onje dengan sangat baik. Karena beberapa titik yang sarat akan kisah sejarah lokal tidak berada di jalan utama Onje. Tak jarang kami harus keluar masuk setapak. Salah satu yang kami kunjungi adalah Arca Bukut. Tercatat sebagai terduga BCB sebagai Situs Batu Arca. Dinamakan arca karena tampak jelas tumpukan 2 batu itu membentuk kepala dan badan yang bersila. Arca ini dikelilingi susunan batu andesit berbentuk bulat setinggi ± 0,5 m. Ditemukan di halaman rumah warga dengan dikelilingi tembok batu dan tetumbuhan. Secara turun...

PAMUJI DI BUKIT MUJIL

Alhamdulillah, puji dumateng Gusti. Setelah melewati dua bulan yang melelahkan dalam perjalanan hidup yang baru, kesampaian juga untuk posting. Mungkin banyak sekali materi latepost, namun sekiranya sungguh sayang jika hanya dibiarkan mangkrak. Banyak perjalanan yang makin membuat kaya warna hidup saya. Jalan yang berliku, cuaca hujan, penolakan, kamera tak berfungsi, kehabisan bekal,  terdampar sendirian bahkan hingga terserang morbili. Ah, lama tak mengalaminya, membuat kesalahan model ini jadi begitu ngangenin. Kayak kamu, ngangenin # hugu • oleh : Anita Wiryo Rahardjo • Kita akan mulai dari perjalanan ke sisi utara Purbalingga. ................. .............. ........... ....... Aura tenang langsung menyergap begitu kaki menapaki tanah basah dihadapan. Waktu itu, hujan memang masih sesekali mengguyur. Sedikit terasa licin karena salah alas kaki. Namun kelincahan Mbak-mbak pemandu didepan, memicu saya untuk tidak menyerah. Padahal  flat shoes mere...

2015 Tahunnya Desa Wisata

2015 ini, kalau menurut seorang teman yang berprofesi sebagai tour guide adalah tahunnya desa wisata. Mengapa bisa demikian ? Katanya sih karena orang-orang sudah mulai bosan dengan objek wisata buatan yang hanya itu-itu saja. Orang-orang sudah mulai menginginkan suasana pedesaan yang masih bersih dan asri dengan keramahan dan kesahajaannya yang mbetahi . Bagaimana dengan saya ? Mungkin karena saya asli orang ndusun , tanpa tren atau apa, kampung halaman itu memang jauh lebih anteb di pikiran. Bicara soal desa wisata, Purbalingga sendiri sudah dikenal dengan desa wisata Karang Banjar-nya. Gelung bunder adalah trade marknya selain Bumper &Taman Reptil. Namun sebenarnya selain itu ada juga desa wisata Siwarak yang terkenal dengan Gua Lawa-nya. Dan terbaru ada 4 lokasi yang digagas menjadi desa wisata yaitu ; Serang, Limbasari, Tanalum & Panusupan. Nah, akhir tahun lalu, saya sempat bertemu dengan Pak Isro Hidayat dan Pak Hadiman dari Pokdarwis Ardi Mandala Giri yang mala...

ELOKNYA GUNUNG SELOK

N-Y-A-S-A-R. Inilah susunan huruf paling akrab dengan saya. Sampai-sampai ada seorang teman yang sering bergurau, "Kalau nggak nyasar berarti nggak jalan-jalan bareng kamu". Sungguh, kenyataan yang menyakitkan. Hiks. Dan ( karena suratan sering nyasar ini jugalah ) rencana jalan-jalan ke pantai pun berubah menjadi omelan teman-teman gegara harus naik turun bukit. Karena ternyata kami malah menyusuri Taman Wisata Alam Gunung Selok, Cilacap. Okay,... ( tarik napas dalam-dalam ) jangan tanya bagaimana awalnya bisa sampai ke tempat ini. Intinya kami hanya manut saja mengikuti arahan rute dari seorang kondektur bus. Dia hanya menyebut, "Pantainya ada di bawah sana". Kami baru tersadar  jika kami bukan menuju pantai yang direncanakan, saat melihat tulisan "Taman Wisata Alam Gunung Selok". Tapi berhubung sudah bayar tiket ya sudah, laaannjjjuuutttt . Lagipula driver kami tidak sukses membalikkan kendaraan, jadilah jalan terus pantang balik. ...