Langsung ke konten utama

Postingan

JALAN-JALAN KE SITUS WATU LUMPANG BUARA

CANDI LUMPANG Situs prasejarah yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia banyak meninggalkan temuan-temuan dari batu yang masih berfungsi sebagai sarana pemujaan terhadap arwah leluhur. Begitupun dengan yang ada di Purbalingga. Apalagi ketika kita menyisir jalur pegunungan utara. Mulai dari Ponjen, Dagan, Palumbungan sampai Limbasari bahkan disebut-sebut sebagai kawasan situs perbengkelan terbesar di Asia Tenggara. Nah, kali ini jalan-jalan saya adalah ke salah satu desa di dekat Ponjen. Jika Ponjen dikenal dengan gelang batu-nya, maka di dusun Gampingan desa Buara ini terdapat watu lumpang. Masyarakat luas menyebutnya sebagai "candi watu lumpang" , sedangkan daftar inventaris BCB (Benda Cagar Budaya) setempat menyebutnya sebagai situs watu lumpang desa Buara. ALAM NATURAL Jalur termudah untuk meunju desa Buara adalah melalui desa Lumpang Kecamatan Karang Anyar. (notes. Lumpang adalah desa sentra penghasil kipang kacang di Purbalingga). Dengan me...

JALAN - JALAN KE GOA GENTENG

Goa Genteng. Nama ini sesungguhnya cukup asing bagi masyarakat Purbalingga. Meski beberapa blog pribadi sempat menuliskannya sebagai salah satu tujuan wisata di bhumi Perwira ini. Namun hanya petunjuk berlokasi di Candinata sajalah yang menjadi informasi dari goa hasil lelehan larva ini. Dikarenakan penasaran beberapa waktu yang lalu, Goa Genteng pun menjadi target jalan-jalan kami. Jalan menuju lokasi tidak dapat diblang mudah. Berada di kawasan perbukitan, menjadikan tidak ada kendaraan (bahkan sepeda motor sekalipun) untuk menjangkau lokasi. Team-pun harus berjalan kaki naik turun bukit untuk menemukan keberadaan Goa Genteng ini. Terletak di dusun Karang Jengkol desa Candinata goa ini berjarak sekira 8 km dari pusat kota. Perbukitan di sekitar Goa Genteng sebagian difungsikan sebagai ladang-ladang warga. Sehingga sepanjang perjalanan, beberapa warga yang tengah berladang masih dapat kita temui. Dengan diantar salah seorang warga, team-pun berhasil menu...

MBAH SUGINI, JUALAN CINCAU SEJAK 1964

Pagi itu saya janjian dengan salah seorang teman yang tengah merekomendasikan kuliner kaki lima yang segar dan nikmat. "Jangan kesiangan ya, tar keabisan", bunyi sms teman saya ini. Dan jam sembilan pagi pun kami meluncur ke lokasi. Perempatan Bancar pagi itu sudah cukup padat. Selain memang lalu lintas yang terbiasa ramai, beberapa orangpun tampak bergerombol di trotoar. Seorang wanita sepuh tampak cekatan meracik cincau dengan santan, air gula dan es batu dalam gelas - gelas yang sudah berjajar rapi. "Monggo Mba" , sapanya ramah sembari terus meracik es cincau pesanan orang. Wanita murah senyum ini adalah Mbah Sugini (73) yang mengaku berjualn es cincau sejak 1964. " Dulu tahun 1964 saya jualan cincau di GMIT (pabrik tembakau tinggalan kolonial). Terus tahun 1967 pindah jualan di pabrik Bojong (pabrik penggilingan padi) yang sekarang jadi taman Bojong. barulah pada 1973 saya jualan di sini (perempatan Bancar) sampai sekarang", k...

PUTRI AYU LIMBASARI, SYECH GANDIWASI DAN PATRAWISA

Selalu saja ada yang menarik ketika berkunjung ke Limbasari. Desa ini terletak sekira 15 km dari pusat kota Purbalingga. terletak di Kecamatan Bobotsari, Limbasari menyimpan banyak kekayaan. Mulai dari potensi temuan peninggalan neolitikum, batik tulis, wisata alam Patrawisa sampai legenda Putri Ayu Limbasari. Nah, untuk melepas lelah sepertinya berwisata akhir pekan ke Patrawisa bisa menjadi pilihan. Terletak di lembah Gunung Tukung dan Gunung Pelana, menjadikan pesona kecantikan alam Patrawisa mampu memikat seseorang untuk datang lagi dan lagi. Untuk menuju bendungan Patrawisa hanya dibutuhkan waktu sekira 30 menit berjalan kaki sejauh 1,7 km. Ya, Patrawisa adalah bendungan atau dam yang membendung pertempuran Sungai Tuntung Gunung dan Sungai Wlingi. Tidak hanya itu, air terjun mini serta sendang-sendang jernih semakin menyegarkan sesampainya di lokasi. Lalu siapakah Patrawisa sehingga namanya diabadikan untuk tempat indah ini? Patrawisa adalah...