Namanya SUMPIL

Ada banyak varian untuk menikmati menu ini. Namun saya lebih suka tanpa campuran apapun.

• oleh : Anita Wiryo Rahardjo •

Aroma daun bambu yang telah dikukus menawarkan sensasi berbeda. Meskipun tawar, ada rasa nyes saat ia lewat tenggorokan. Pikiran pun ikut adem, karena serasa tengah makan di papringan.

Si penjaja makanan dengan lantang meneriakkan "Lontong godong pring" sepagian itu. Geli juga. Dialih bahasakan bisa sepanjang itu yah ? Padahal saya mengenalnya sebagai Sumpil.

Di Purbalingga, tidak banyak penjual Sumpil. Namun masih ada beberapa pembuat Sumpil di seputaran Bobotsari.

Temennya Bacang

Beberapa orang tua mengatakan jika Sumpil ini versi tawarnya Bacang. Tahu kan penganan serupa arem-arem isi daging yang dibungkus daun pisang berbentuk limas segitiga ? Itu lho jajan khas untuk bulan kelima penanggalan Cina.

Nah, bedanya Sumpil memang tanpa isi dan tanpa rasa. Sumpil pun lazimnya berbentuk limas segitiga. Tak jarang juga sih yang dibungkus seperti lepet. Seperti ini.

Proses pemasakannya yang lama dan benar-benar tanak, menjadikan Sumpil awet sampai 3 hari. Sebagian orang juga menjadikan Sumpil sebagai menu khusus untuk Hari Raya Idul Fitri. Dikonsumsi bersama opor ayam. Atau untuk hari-hari biasa tinggal tambahkan bakwan saja. Namun saya lebih sreg hanya dengan toping ampas kelapa. Mau ?

Komentar