Langsung ke konten utama

ROTI GAMBANG aku rindu

Apa yang istimewa dari sore ? Yang pasti inilah waktu menantimu untuk kita berbincang. Atau sekedar diam bersama menikmati suasana. Sore ini aroma kayu manis menggoda dari hasil panggangan yang masih berasap.

• oleh : Anita Wiryo Rahardjo •

Aroma khas kayu manis dalam sepiring roti membawa ingatan ke masa kanak-kanak silam. Hampir setiap sore, roti gambang Ong tak terlewatkan. Roti empuk-empuk liat yang kata adek bau jamu. #kangen

Mencari roti gambang saat ini jelas tidak mudah. Toko Roti Ong sudah lama tutup. Bahkan bangunannya pun tak tersisa. Lahannya telah lama disulap menjadi gedung lain di Jalan Jendsud tak jauh dari Gang Mayong Purbalingga. Jadi, masuk dapur dan menjajal resep adalah satu-satunya cara saat rindu menggebu pada "roti mbah-mbah" ini.

Gambang Betawi atau Gambang Semarang ? •

Saya tak paham secara pasti dari mana asal roti yang khas dengan taburan wijennya ini. Jaman kecil, Emak pemilik Toko Roti Ong mengajarkan menyebutnya Gambang Semarang. Sementara sederet resep ditangan menuliskannya asal Betawi. Hmmmm... mungkin karena keduanya sama-sama memiliki kesenian Gambang ya ? Lagipula bentuk rotinya pun seperti gambang. Eh, ada juga yang mengenalnya sebagai kue ganjel rel lho. Itu karena tekstur asli roti ini yang alot dan keras. Beriring waktu saja jika kemudian kita menikmati roti gambang yang empuk.

Konon, roti gambang dikenal sejak masa pendudukan Belanda. Roti-roti yang tak habis dikudap para Meneer dan tuan tanah kemudian diolah kembali dengan tambahan air gula merah. Hingga teksturnya lebih keras dari roti semula.

Roti Gambang Karamel

Resep ini saya comot dari buklet koleksi ibu'. Kalau roti gambang identik dengan gula merah, sepertinya karamel pun perlu dicoba.




Bahan 1 : 

200 gram gula pasir
100 ml air
1 sdt kayu manis bubuk

Bahan 2 :
400 gram terigu
50 gram margarin (saya memilih butter karena resep tak menyertakan susu bubuk. Oya, makin banyak margarin akan makin empuk lho)
50 gram gula pasir
2 sdt baking powder (pada resep lain disertakan pula soda kue)
1 butir telur
1/4 sdt garam
wijen secukupnya untuk taburan

Cara membuat :

1. Masak bahan 1 menjadi karamel. Sisihkan.
2. Campur terigu, margarin, gula pasir, BP, telur dan garam. Aduk hingga rata.
3. Tuang larutan karamel, uleni hingga rata.
4. Potong dan bentuk pulung memanjang. Susun diatas loyang yang telah dioles margarin.
5. Oles permukaan roti dengan air, taburi dengan wijen. Oven 170°C selama 20 menit.

Hmmmmm... saat adonan mengembang aroma kayu manis dan karamel langsung ikut bikin dapur jadi wangi. Begitu matang, tak sabar rasanya untuk segera mencicip. Warnanya memang terlalu coklat dibanding gambang toko roti Ong dulu. Daaannnn.....

"Ini kok mirip kamu sek kadang alot nek dijak rembugan", komentarmu saat mencicip.

Auw !! Ternyata resep ini menghasilkan roti gambang yang liat a.k.a alot. Mungkin ini lebih tepat disebut kue ganjel rel itu tadi ya. Hehehe.. Tapi tetep enak kok. Pahit manisnya karamel membuat gambang ini berbeda cita rasanya dari yang saya kenal sebelumnya.

Hmmm... Mungkin benar, gambang roti Ong memang tak terganti. Kalau digantikan bikinan saya.. paasti barabe hasilnya.

Komentar

  1. Jaman aku SD seneng banget roti nehel nya toko ong..

    BalasHapus
  2. Haiii….. Terimakasih atas informasinya yang sangat bermanfaat. Seiring perkembangan zaman yang serba menggunakan teknologi canggih ini, informasi apapun dapat dengan mudah didapatkan di internet. Cara pembuatan roti ganjel rel ini pun tersedia banyak referensinya bahkan disertai dengan gambarnya juga. Jangan lupa kunjungi laman web kampus kami tercinta walisongo.ac.id

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

BATIK PURBALINGGA DIMULAI DARI ERA NAJENDRA

Sore yang terbalut hujan. Seketika nama udan liris mampir di pikiran. Eh, lalu bagaimana dengan truntum, kawung, lumbon, sekar jagad atau bahkan cebong kumpul ? Semarga kan ? (Oleh : Anita W.R.) Pertanyaan itu kian menggelitik setelah pertemuan pertama saya dengan seseorang ini terjadi pada Desember 2013. Satu kalimat yang saya ingat darinya adalah " Batik Purbalingga itu sudah punya khas sejak awal ". Antara takjub, bingung dan tidak mudheng , rangkaian penasaran itu saya endapkan hingga menuju 2 tahun. Ya, bicara Batik, banyak informasi, artikel sampai literatur yang membahasnya. Namun batik Purbalingga, hanya sekelumit yang saya ketahui. Padahal saya ada di kota ini sejak lahir dan tinggal dikelilingi beberapa pembatik sepuh. Memori saya pada bagian ini sepertinya tidak terlalu baik, sampai-sampai sulit membacanya. Tapi kalau boleh, ijinkan saya menyebut nama mereka satu per satu. Eyang Din, Mbah Sastro, dan Mbaeh Nana adalah nama-nama pembatik sepuh yang...

Petilasan Mundingwangi di Makam Wangi

Beberapa tahun silam, seorang sepuh sempat memperingatkan saya untuk tidak dulu memasuki Makam Wangi (Stana Wangi) karena salah hari. Namun kini dengan berstatus desa wisata, saya dapat mengunjungi Makam Wangi kapanpun sekaligus menikmati panorama desa Pagerandong, kecamatan Kaligondang. • oleh : Anita Wiryo Rahardjo • Agenda Sesaji Larung Gintung kembali membawa saya ke Makam Wangi. Banyak hal berubah setelah sekian tahun. Dulu, kami tidak disarankan mengendarai sepeda motor sampai di depan Makam Wangi karena jalanan yang ekstrem dan masih berupa kerikil tajam. Sekarang ? Mobil pun dapat melaju lancar. Namun tetap harus hati-hati. Kontur jalannya memang naik turun dan berkelok. • Di   dalam hutan • Dari kejauhan, tampak satu lahan seolah terpisah. Perbukitan. Rimbun ditanami pepohonan dan bambu. Inilah Makam Wangi. Lahan sekira 3 hektar ini tepat berada di tepi Sungai Gintung. Selain beragam bambu, kita dapat menemukan banyak jenis tumbuhan buah. Salah...

Brambang Jae dan Larangan Pementasan Wayang Kulit

Nama petilasan ini adalah Brambang Jahe. Nama yang unik ya? Cukup menggelitik tanya di benak, apakah di petilasan ini terdapat pohon bawang merah dan pohon jahe. Yang tentu saja jawabannya adalah tidak. Petilasan brambang Jahe ini sudah masuk dalam daftar inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) kategori bangunan makam. Meski nilai sejarahnya masih dipertanyakan, namun kecenderungan masyarakat menyakralkan tempat ini dan juga folklore yang terus hidup menjadikan Brambang Jahe sebagai salah satu petilasan yang diistimewakan. Masyarakat setempat mengenalnya sebagai kuburan Brambang Jahe. Brambang Jahe terletak di Kelurahan Purbalingga Kidul, tepatnya di utara Stadion Guntur Darjono Purbalingga. Dahulu, makam ini terdapat di tengah persawahan. Tidak ada seorangpun yang berani membongkarnya. Bahkan sampai ketika tempat tersebut disulap menjadi stadion skala nasional pun, Brambang Jahe tetap ada. Dan untuk melindunginya dari tangan-tangan jahil, dibangunlah pagar keliling pada ma...