Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2016

ELOK DAN MISTERI-NYA CANDI DIENG

Tanah Para Dewa kembali saya tapaki. Keelokan panorama dan misteri peradaban kawasan dengan suhu maksimal 20° C menjadi alasan sebuah ajakan yang sulit untuk ditolak.  Oleh : Anita Wiryo Rahardjo Jalan berkelok menjadi penanda perjalanan pagi bersama rekan-rekan kantor pusat. Suasana canggung membuat saya lebih sibuk dengan pemandangan sepanjang jalur yang dilalui. Mari nikmati suasana menuju Banjarnegara melalui Wonosobo. Pemberhentian pertama pun dilakukan. Driver menyarankan kami mengunjungi Sitieng terlebih dulu. Sitieng atau Gardu Pandang Tieng berada di ± 1.789 mdpl. Inilah tempat terbaik kedua menyaksikan matahari terbit setelah Puncak Sikunir. Gardu Pandang ini memang terletak satu garis lurus dengan Sikunir. Karena sudah melewati jam 8 pagi, maka kami cukup dimanjakan dengan hamparan langit biru, Sindoro, Sikunir, Pakuwojo, pedesaan padat dibawah sana hingga lahan pertanian kentang di punggung-punggung bukit. Sitieng akan ramai pada waktu matahari terbit maupun terbe...

PURA PEDALAMAN GIRI KENDENG

Saya merasa tengah dibawa keluar Banyumas. Pemandangan akan Pura megah dikelilingi alam asri itulah alasan utamanya. Seolah di Pulau Dewata. Namun sesuara orang yang lewat, membuat kesadaran pulih. Bahwa ini di Banyumas. Pura ini ada di Banyumas. Oleh : Anita Wiryo Rahardjo Foto oleh : Billy Kamajaya Pura Pedalaman Giri Kendeng merupakan Pura terbesar di Banyumas. Dibangun sejak 1987 dengan sebagian material pembangunan langsung dibawa dari Bali. Tahun pembangunannya bersamaan dengan pen-sudhiwedhi-an para penganut kepercayaan Wayah Kaki yang mendiami kaki Pegunungan Kendeng Selatan ini. Semula penduduk asli desa Klinting -kecamatan Somagedhe, Banyumas- ini, menganut aliran kepercayaan Wayah Kaki. Aliran ini sangat mengagungkan Eyang Semar sebagai pemomong nyata (bukan sekedar dalam pewayangan) yang luar biasa bijak. Wayah Kaki, secara arti kata adalah cucu kakek. Sehingga gambar Semar banyak terpampang di kediaman para penghayat ini. Aliran Wayah Kaki berpusat di Kroya, Cilaca...

NIKMATNYA MENU NOSTALGIA "LERI"

Warung makan tua di pusat kota ini menawarkan menu istimewa. Yaitu : Nostalgia.  Oleh : Anita Wiryo Rahardjo Diantara lelah berlarian mencari segala kebutuhan di pusat perbelanjaan, sempatkanlah mengisi perut dengan menu utama terik sapi a la Warung Makan Leri. Terletak di jalur provinsi Jalan Jendral Sudirman, Leri telah beroperasi sejak 1936. Lokasinya memang sedikit tersembunyi. Namun sebuah etalase kayu kuno menjadi penandanya. Disinilah deretan menu masterpiece disajikan. Terik (opor kuning) Sapi, Bedhelan (sayur tempe kuah dengan ciri khas cabai hanya dibelah atau dibedhel), Jangan Endhog (telur kuah pedas), Jangan Tahu (tahu kuah pedas), Jangan Garing (kering tempe), Rempeyek hingga Bubur Sum-sum. Siang itu, saya dan seorang teman janjian makan disana. "Bubur Sumsum aja ya, tanggal tua nih", kata saya. Oh iya, kita memang perlu merogoh kantong lebih dalam untuk menikmati menu-menu disini. Selain lezat, menunya juga bebas MSG. Jadi sebanding kok. Seorang perempuan...