Langsung ke konten utama

DIAMBANG FAJAR ALUR SIPETUNG


Menikmati panorama jelang semburat fajar dalam balutan udara super dingin di alur Sipetung adalah hal baru. Dan aroma embun yang menitik pada tetumbuhan menjadi bonus saat membuka mata dalam agenda nge-camp di Desa Wisata Siwarak, Karang Reja. ( Ditulis oleh : Anita W.R.)



Pada setiap terbit matahari, saya selalu beranggapan inilah hari baru yang dianugerahkan-Nya. Salah satu keindahan suasana pagi ini tentunya bisa kita nikmati di alur Sipetung. Area camping baru di Siwarak.

Jika sebelumnya kita pernah mendengar tentang Bukit Njelir, kali ini ada tempat yang tidak kalah kece untuk menanti matahari terbit. Dari Objek Wisata Gua Lawa, kita bisa mengambil jalan di selatannya hingga ke ujung desa. Dinamai sebagai Rest Area Alur Sipetung. Objek ini juga dekat dengan Curug Silintang, Curug Alur Jero dan Curug Muncrat. 


Keseluruhan data foto diambil dari koleksi Pratomo "Tompel"




 
Akhir tahun lalu, gardu pandang tengah dipersiapkan. Tentu saja ini untuk mempermudah menyaksikan keindahan dunia diambang fajar serta suasana alam dibawahnya. Sayang kondisi hujan lebat yang terus mengguyur membuat pembangunan gardu sedikit tersendat. Tidak hanya dua buah gardu pandang, nantinya para pengunjung pun bisa makin memicu adrenalin lewat flying fox 150 meter. Ini terpanjang lho di Purbalingga. Tentunya ini bisa jadi alternative ya ketika Bukit Njelir penuh. Bedanya, ketika di alur Sipetung, kita tidak melihat view Gunung Slamet. Namun tetap saja bagi yang mendambakan hamparan awan luas, Alur Sipetung dapat mewujudkannya. Eits, satu lagi hamparan kebun Nanas pun jangan sampai terlewat.

Monggo yang berminat nge-camp, cek info lebih lengkapnya disini.

Komentar

Posting Komentar

Banyak Dicari

PUTRI AYU LIMBASARI, SYECH GANDIWASI DAN PATRAWISA

Selalu saja ada yang menarik ketika berkunjung ke Limbasari. Desa ini terletak sekira 15 km dari pusat kota Purbalingga. Terletak di Kecamatan Bobotsari, Limbasari menyimpan banyak kekayaan. Mulai dari potensi temuan peninggalan neolitikum, wisata alam Patrawisa sampai legenda Putri Ayu Limbasari. Nah, untuk melepas lelah sepertinya berwisata akhir pekan ke Patrawisa bisa menjadi pilihan. Terletak di lembah Gunung Tukung dan Gunung Pelana, menjadikan pesona kecantikan alam Patrawisa mampu memikat seseorang untuk datang lagi dan lagi.  Untuk menuju bendungan Patrawisa hanya dibutuhkan waktu sekira 30 menit berjalan kaki sejauh 1,7 km. Ya, Patrawisa adalah bendungan atau dam yang membendung pertempuran Sungai Tuntung Gunung dan Sungai Wlingi. Tidak hanya itu, air terjun mini serta sendang-sendang jernih semakin menyegarkan sesampainya di lokasi. Lalu siapakah Patrawisa sehingga namanya diabadikan untuk tempat indah ini? Patrawisa adalah nama salah seorang cantrik Syech Gandiwas...

NYUWUN AGUNGING PANGAKSAMI

Satu hal yang saya tunggu-tunggu dari Lebaran adalah “SUNGKEMAN”. Yes, selain plong karena (pada akhirnya) mampu juga mengungkapkan segala perasaan bersalah pada orangtua, rasa dag-dig-dug belibet salah ngomong pun pasti menghampiri. Di keluarga inti, usai melaksanakan Sholat Ied, maka sungkeman perlu dilaksanakan sebelum sarapan menu Lebaran & bersilaturahmi ke tetangga. Yang seru adalah kami harus menggunakan bahasa Jawa krama. Yeah. Jadilah sejak semalam sebelumnya kami kerap menghapal terlebih dahulu naskah sungkeman dari masa ke masa. Hahaha. Seperti ini : “Bapak / Ibu’/ Embah, kulo ngaturaken sembah sungkem, sedoyo lepat nyuwun agunging pangapunten”. Hihihi, meski sudah merupakan mantra menahun, namun bagi sebagian keluarga yang (mayoritas) tinggal di luar JaTeng hal ini sangatlah merepotkan. So, mereka akan sungkeman dengan berkata “$#^&**&*&^%^^%^$#....pangapunten”. Wuiih,.. apa ya afdol ? Hehe. Makanya, sangat tidak mengherankan jika setiap Lebaran selain sun...