Satu hal yang saya
tunggu-tunggu dari Lebaran adalah “SUNGKEMAN”. Yes, selain plong karena (pada
akhirnya) mampu juga mengungkapkan segala perasaan bersalah pada orangtua, rasa
dag-dig-dug belibet salah ngomong pun
pasti menghampiri.
Di keluarga inti, usai melaksanakan Sholat Ied, maka sungkeman
perlu dilaksanakan sebelum sarapan menu Lebaran & bersilaturahmi ke
tetangga. Yang seru adalah kami harus menggunakan bahasa Jawa krama. Yeah. Jadilah
sejak semalam sebelumnya kami kerap menghapal terlebih dahulu naskah sungkeman
dari masa ke masa. Hahaha. Seperti ini : “Bapak
/ Ibu’/ Embah, kulo ngaturaken sembah sungkem, sedoyo lepat nyuwun agunging
pangapunten”. Hihihi, meski sudah merupakan mantra menahun, namun bagi
sebagian keluarga yang (mayoritas) tinggal di luar JaTeng hal ini sangatlah
merepotkan. So, mereka akan sungkeman dengan berkata “$#^&**&*&^%^^%^$#....pangapunten”. Wuiih,.. apa ya
afdol ? Hehe. Makanya, sangat tidak mengherankan jika setiap Lebaran selain
sungkeman, bicara nggrenyem adalah
tradisi.
“Sugeng Riyaya ‘Aidul
Fitri 1435 Hijriyah”
foto dimabil dari sini
Komentar
Posting Komentar