![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhuru3c6c1JqgWeKAMhBwnrrvK99HD2z0y4Gto3rVwzGr5z1UeFT1h9KRilS0BcHCzF1ZLXjW6-GUzGquXNSpTbq3C2A3RzO0JP406Dz4JVAmrg-5M-zaop5m9XH_J-O6Um1at1w9b5fUo/s320/DSCN9130.jpg)
Kamir, bukanlah penganan yang asing
bagi kita. Penjual jajan keleman sering membawanya. Ciri khasnya yang empuk
dengan citarasa manis terasa pas menjadi penggajal perut saat lupa belum makan
berat. Kamir identik dengan Pemalang. Penganan khas yang diperkenalkan warga
keturunan Arab. Tak hanya di Arab, konon di Yaman pun makanan
sejenis kamir ini ada. Namanya Bakhmri. Bedanya terletak pada bentuknya yang
tidak bulat melainkan segitiga dengan rasa rempah yang kental.
Kamir diproduksi oleh keturunan Arab yang menempati wilayah tersebut sejak bertahun-tahun. Sehingga tak heran ya, jika kemudian ada "Kampung Arab"Mulyo Harjo. Banyak serupa bangunan tua di tempat ini. (Atau memang demikian). Dan Kamir Cap Mawar Bu Chamidah pun mendiami salah satu rumah disana. Tidak jauh dari Masjid di Jalan Semeru, puluhan kamir dan apem mawar sudah tersaji di kiosnya. Sesekali ditambahkan yang masih mengepul. Jangan tanya seperti apa aromanya. Langsung merajuk minta di'hap-hap'. Harumnya super.
Kamir diproduksi oleh keturunan Arab yang menempati wilayah tersebut sejak bertahun-tahun. Sehingga tak heran ya, jika kemudian ada "Kampung Arab"Mulyo Harjo. Banyak serupa bangunan tua di tempat ini. (Atau memang demikian). Dan Kamir Cap Mawar Bu Chamidah pun mendiami salah satu rumah disana. Tidak jauh dari Masjid di Jalan Semeru, puluhan kamir dan apem mawar sudah tersaji di kiosnya. Sesekali ditambahkan yang masih mengepul. Jangan tanya seperti apa aromanya. Langsung merajuk minta di'hap-hap'. Harumnya super.
Awalnya, kamir ini diperkenalkan untuk pertama kalinya
di daerah Mulyo Harjo oleh Ibu Aisyah, seorang perempuan keturunan Arab. Diteruskan
oleh generasi keduanya yaitu Ibu Zahra. Pada masa itu usaha masihlah berjalan
apa adanya. Usaha rumahan yang hanya berkembang dari mulut ke mulut saja.
Barulah pada generasi ketiga, merk Kamir “Cap Mawar” Ibu Chamidah
didaftarkan seara resmi. Dan mendapat Psertifikat IRT. Ibu Chamidah, merupakan isteri
dari Bapak Ali Abdullah selaku generasi ketiga usaha turun temurun ini. Kini, Kamir
“Cap Mawar” Ibu Chamidah dikelola oleh
Tufaah sebagai generasi keempat.
Kamir disana ternyata ada dua jenis. Satu yang terbuat
dari tepung terigu dengan bentuk yang sudah sangat kita kenal. Berwarna
kecoklatan dan bisa bertahan beberapa hari. Sementara itu ada juga kamir tepung
beras serta santan. Biasa disebut shamir atau samit. Warnanya putih dengan
bentuk yang sama. Hanya umurnya lebih pendek. Satu hari saja. Ada juga apem
mawar. Apem gula Jawa ini memang bentuknya serupa mawar dengan rasa yang legit.
Meski ukuran per piece nya langsung bikin kenyang tapi lidah nggak mau berhenti
ketagihan. Begitupun dengan kue kamirnya. Selain cita rasanya yang membuat beda
adalah terlihat lebih berminyak dan kecoklatan. Ini dikarenakan penggunaan
minyak sayur dan minyak kelapa sebagi bahan oles. "Makin gosong malah makin nikmat", celetuk seorang pembeli
sembari memilih kamir di tampah.
Selain di kediamannya, kamir cap mawar juga dititipkan
di beberapa gerai oleh-oleh di Pemalang. Tapi kalau ingin memastikan yang
selalu tersedia, ya langsung ke rumahnya saja. Eits, siap-siap disambut
sekelompok soang juga ya di ujung setapak. Hehe.. Selamat berburu oleh-oleh
khas Pemalang.
Komentar
Posting Komentar