Langsung ke konten utama

GECOT, Gagean Wis Kencot,....

Ini bukan kuliner favorit sih. Tapi seketika terlintas ketika adek tiba-tiba saja heboh minta resep dibuatkan gecot. Katanya, "Kangen Purbalingga atuuh". Hemmm,... cari penjual Gecot itu susah-susah gampang. Sebenarnya sih karena masalah selera saja. Tapi saya cenderung mencari gecot dengan rasa bawang putih yang tipis. Tau sendiri kan, gecot ini identik dengan rasa bawangnya yang tajam.


Sebenarnya Gecot itu sedikit mirip dengan Ketoprak atau Tahu Kupat kalau menurut saya. Tapi entahlah apa yang membuat adek saya ini ngotot rasa Ketoprak Jakarta beda dengan gecot mBanyumasan. Mungkin kalau disini faktor tanganan si penjual Ketoprak-nya yang sudah mBanyumasi kali ya.. Okay lah, saya enggan berdebat untuk masalah ini. Tapi yang pasti beli Gecot itu berarti harus yakin bahwa lambung benar-benar kosong. Karena porsinya ituuuu lhoooo. Yap, dari namanya saja Gecot. Konon merupakan akronim dari Gagean Wis Kencot (buruan, sudah lapar - Jawa Banyumasan). Makanya satu buah ketupat Sinto besar akan tersaji dengan tauge, kol iris, tahu goreng dan kerupuk yang disiram bumbu kacang encer pedes gurih. 


Gecot ini adalah sepertiga dari porsi aslinya. Penjualnya keberatan kalau kami minta beli porsi kecil. Mungkin susah nentuin harganya. Jadilah beli satu buat bertiga. Hahaha. Iya juga sih ya, kalau namanya saja penawar kencot (baca : lapar) masak porsinya dikit.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BATIK PURBALINGGA DIMULAI DARI ERA NAJENDRA

Sore yang terbalut hujan. Seketika nama udan liris mampir di pikiran. Eh, lalu bagaimana dengan truntum, kawung, lumbon, sekar jagad atau bahkan cebong kumpul ? Semarga kan ? (Oleh : Anita W.R.) Pertanyaan itu kian menggelitik setelah pertemuan pertama saya dengan seseorang ini terjadi pada Desember 2013. Satu kalimat yang saya ingat darinya adalah " Batik Purbalingga itu sudah punya khas sejak awal ". Antara takjub, bingung dan tidak mudheng , rangkaian penasaran itu saya endapkan hingga menuju 2 tahun. Ya, bicara Batik, banyak informasi, artikel sampai literatur yang membahasnya. Namun batik Purbalingga, hanya sekelumit yang saya ketahui. Padahal saya ada di kota ini sejak lahir dan tinggal dikelilingi beberapa pembatik sepuh. Memori saya pada bagian ini sepertinya tidak terlalu baik, sampai-sampai sulit membacanya. Tapi kalau boleh, ijinkan saya menyebut nama mereka satu per satu. Eyang Din, Mbah Sastro, dan Mbaeh Nana adalah nama-nama pembatik sepuh yang...

Petilasan Mundingwangi di Makam Wangi

Beberapa tahun silam, seorang sepuh sempat memperingatkan saya untuk tidak dulu memasuki Makam Wangi (Stana Wangi) karena salah hari. Namun kini dengan berstatus desa wisata, saya dapat mengunjungi Makam Wangi kapanpun sekaligus menikmati panorama desa Pagerandong, kecamatan Kaligondang. • oleh : Anita Wiryo Rahardjo • Agenda Sesaji Larung Gintung kembali membawa saya ke Makam Wangi. Banyak hal berubah setelah sekian tahun. Dulu, kami tidak disarankan mengendarai sepeda motor sampai di depan Makam Wangi karena jalanan yang ekstrem dan masih berupa kerikil tajam. Sekarang ? Mobil pun dapat melaju lancar. Namun tetap harus hati-hati. Kontur jalannya memang naik turun dan berkelok. • Di   dalam hutan • Dari kejauhan, tampak satu lahan seolah terpisah. Perbukitan. Rimbun ditanami pepohonan dan bambu. Inilah Makam Wangi. Lahan sekira 3 hektar ini tepat berada di tepi Sungai Gintung. Selain beragam bambu, kita dapat menemukan banyak jenis tumbuhan buah. Salah...

Brambang Jae dan Larangan Pementasan Wayang Kulit

Nama petilasan ini adalah Brambang Jahe. Nama yang unik ya? Cukup menggelitik tanya di benak, apakah di petilasan ini terdapat pohon bawang merah dan pohon jahe. Yang tentu saja jawabannya adalah tidak. Petilasan brambang Jahe ini sudah masuk dalam daftar inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) kategori bangunan makam. Meski nilai sejarahnya masih dipertanyakan, namun kecenderungan masyarakat menyakralkan tempat ini dan juga folklore yang terus hidup menjadikan Brambang Jahe sebagai salah satu petilasan yang diistimewakan. Masyarakat setempat mengenalnya sebagai kuburan Brambang Jahe. Brambang Jahe terletak di Kelurahan Purbalingga Kidul, tepatnya di utara Stadion Guntur Darjono Purbalingga. Dahulu, makam ini terdapat di tengah persawahan. Tidak ada seorangpun yang berani membongkarnya. Bahkan sampai ketika tempat tersebut disulap menjadi stadion skala nasional pun, Brambang Jahe tetap ada. Dan untuk melindunginya dari tangan-tangan jahil, dibangunlah pagar keliling pada ma...