Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2018

SIGARAN

Lingkaran di kalender sudah menunjukkan masa periode. Sinyal kedatangan tamu yang belum muncul, membuat kami dengan nakalnya berangan-angan ' cengkir gadingnya mau digambarin siapa ya ?' •  ? oleh : Anita Wiryo Rahardjo Sembadra Arjuna adalah yang tergambar di cengkir gading itu, saat saya masih dalam kandungan bulan ke-7. Sapta Kawasa Jati. Akankah kami melukiskan karakter yang sama ? • Sigaran • Memasuki bulan ke-7, jabang bayi berada dalam posisi siap untuk lahir sewaktu-waktu. Karena itulah, calon orang tua dan anak yang masih dalam kandungan itupun dibekali beragam pengetahuan. Salah satunya melalui mitoni. Saat-saat sekarang, tidak mudah menemukan tradisi mitoni. Jikapun ada, sudah tidak lagi lengkap dengan sigaran. Apalagi memang tidak semua orang kedunungan melakoni sigaran dalam mitoni. Hanya untuk jabang bayi yang (benar-benar) anak pertama saja. Jika sudah berputera sebelumnya, maka dengan pasangan berikutnya pun tidak sebaiknya melaksanakan ...

Sela Bintana, Yang Terlupa

​ Sekelompok penonton memilih posisi yang nyaman didalam gedung tak beratap. Ada yang berjongkok, bersila bahkan berdiri. Jangan heran. Disini memang tak ada kursi. Dan seperti inilah gambaran bioskop misbar Sela Bintana, Purbalingga yang diceritakan beberapa orang secara terpisah. • oleh : Anita Wiryo Rahardjo • ​​ Sela Bintana memang tak segaung nama tiga bioskop yang pernah ada di Purbalingga. Rayuan Theater, Braling Theater dan Indra Theater (Bobotsari). Bioskop ini jenis misbar. Gerimis bubar. Namun tetap digemari saat itu. Sela Bintana menjadi pilihan jika kocek sedang tipis. • Dekat Rayuan • Sela Bintana ada dekat dengan Rayuan Theater Purbalingga. Tapi keduanya memiliki pasar masing-masing. Sela Bintana, dengan harga tiket yang lebih murah menawarkan film yang berbeda kelas dengan 'tetangga'nya. Dapat dipahami ya. Apalagi fasilitasnya juga berbeda. Sela Bintana diketahui menempati bangunan milik keluarga Tan Kwee An. Seorang pengusaha es balok terna...

Namanya SUMPIL

Ada banyak varian untuk menikmati menu ini. Namun saya lebih suka tanpa campuran apapun. • oleh : Anita Wiryo Rahardjo • Aroma daun bambu yang telah dikukus menawarkan sensasi berbeda. Meskipun tawar, ada rasa nyes saat ia lewat tenggorokan. Pikiran pun ikut adem, karena serasa tengah makan di papringan. Si penjaja makanan dengan lantang meneriakkan " Lontong godong pring " sepagian itu. Geli juga. Dialih bahasakan bisa sepanjang itu yah ? Padahal saya mengenalnya sebagai Sumpil. Di Purbalingga, tidak banyak penjual Sumpil. Namun masih ada beberapa pembuat Sumpil di seputaran Bobotsari. • Temennya Bacang • Beberapa orang tua mengatakan jika Sumpil ini versi tawarnya Bacang. Tahu kan penganan serupa arem-arem isi daging yang dibungkus daun pisang berbentuk limas segitiga ? Itu lho jajan khas untuk bulan kelima penanggalan Cina. Nah, bedanya Sumpil memang tanpa isi dan tanpa rasa. Sumpil pun lazimnya berbentuk limas segitiga. Tak jarang juga sih ya...