Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2017

Kyai Lanang itu bermarga Gan

Sebentuk bangunan makam terlihat begitu mencolok. Berada di areal persawahan dan satu-satunya. Warga setempat menamainya makam Kyai Lanang. • oleh : Anita Wiryo Rahardjo • Julukan Kyai Lanang tersemat lantaran ia disebut-sebut sebagai tokoh yang membuka dusun Sirongge, desa Kembaran Kulon, Purbalingga. Sayang, kapan ia datang tidak dapat dipastikan. Hanya diduga berkaitan dengan masa paceklik di Tiongkok Selatan. "Ada yang menyebut datang sewaktu Perang Jawa (1825 - 1830), ada yang bilang datang karena berselisih dengan marga lain atau juga karena bencana besar yang berakibat gagal panen", kata kedua keturunan Gan Hwan yang saya temui secara terpisah. Kyai Lanang memiliki nama asli Gan Hwan. Bersama orang-orang sebangsanya dulu, ia mengarungi lautan mencari harapan di tanah yang baru. Gan Hwan dikabarkan berasal dari desa QQishan. • Melestarikan Marga • Dikatakan bahwa sebagian dari mereka mendarat di Pekalongan. Termasuk Gan Hwan beserta puteranya, Gan Tj...

ROTI GAMBANG aku rindu

Apa yang istimewa dari sore ? Yang pasti inilah waktu menantimu untuk kita berbincang. Atau sekedar diam bersama menikmati suasana. Sore ini aroma kayu manis menggoda dari hasil panggangan yang masih berasap. • oleh : Anita Wiryo Rahardjo • Aroma khas kayu manis dalam sepiring roti membawa ingatan ke masa kanak-kanak silam. Hampir setiap sore, roti gambang Ong tak terlewatkan. Roti empuk-empuk liat yang kata adek bau jamu. #kangen Mencari roti gambang saat ini jelas tidak mudah. Toko Roti Ong sudah lama tutup. Bahkan bangunannya pun tak tersisa. Lahannya telah lama disulap menjadi gedung lain di Jalan Jendsud tak jauh dari Gang Mayong Purbalingga. Jadi, masuk dapur dan menjajal resep adalah satu-satunya cara saat rindu menggebu pada "roti mbah-mbah" ini. • Gambang Betawi atau Gambang Semarang ? • Saya tak paham secara pasti dari mana asal roti yang khas dengan taburan wijennya ini. Jaman kecil, Emak pemilik Toko Roti Ong mengajarkan menyebutnya Gambang S...

Wanginya Masih Terasa

Perempuan sepuh itu menggebu saat berbincang akan batik. Ditemani sesayup tembang-tembang Jawa dan penganan tradisional, saya diajak berkenalan dengan Lungambring. • oleh : Anita Wiryo Rahardjo • Yuswanya 75 tahun. Tak tersirat dari kulit mukanya yang masih kencang. Sesaat saya meraba pipi sendiri. "Agak sedikit turun, hufffff", batin saya. (Untung kamu nggak komplein soal ini). Ya, Mbah Kapti, begitu ia akrab disapa, acap merawat kulit ditengah aktivitas membatiknya sejak tahun 50'an silam. Ia tumbuh di keluarga priyayi. Ayahnya seorang guru. Eyangnya bahkan menjabat Penatus Penisihan (Bobotsari) pada era pendudukan Belanda. Sementara itu, sang Ibu mengisi hari-hari dengan membatik. Hal itulah yang membuatnya akrab dengan batik sejak kanak-kanak. Di saat saya menikmati sepiring makan siang, Mbah Kapti hilang dari pandangan. Ternyata ia dengan sigap menguliti batang-batang pohung untuk menjadi kayu bakar. "Buat persiapan mbathik", katanya. Ia me...

Hai, anak band Purbalingga...

Ehm !! Tak perlu kaget dengan deheman saya. Kadang seperti inilah salam perkenalan yang saya ucapkan. Tersasar kemari ya setelah klik salah satu link dari dolanpurbalingga.com ? Mangga pinarak. Kepalang tanggung. Hari ini saya turut menyuguhan sedikit tentang band indie di Purbalingga. • oleh : Anita Wiryo Rahardjo • Independent music a.k.a indie telah menapakkan langkah sebagai bagian dari industri musik di tanah air. Ya I-N-D-U-S-T-R-I. Menjadi 'indie' sekarang ini bukan lagi karena keterbatasan. Flashback, saya lalu diingatkan bagaimana konsep indie di tanah air banyak dicontek usai album "For Through to the Sap" milik PAS Band rilis. Atau bagaimana sebelumnya ada sekelompok musisi yang tergabung dalam Guruh Gypsi sudah nekat bener menjajal "industri" indie mendahului Yuke cs. Tapi rasanya tak lagi bijak ya jika saya panjang lebar ngebahas ini. Siapa gueh ?!?! Emdeeh sudah bukan. * mengedip Nah meski awalnya konsep indie m...