Langsung ke konten utama

Postingan

Candi Supit Urang Talagening

Candi. Mohon sedikit ubah bayangan akan kemegahan bangunan serupa Borobudur akan kata ini. Karena kata candi bisa saja mengacu pada bangunan, petilasan atau makam. • oleh : Anita Wiryo Rahardjo • Tak jauh dari perbatasan Talagening - Serayu Larangan, saya diantarkan penduduk ke Candi Supit Urang. Satu tempat yang tak bisa mereka jelaskan, selain " makam Mbah Rantansari ". Sore itu, berapa tahun silam, usai ngadem di Curug Siputhut, perjalanan berlanjut ke Candi Supit Urang. Kaki hanya sepakat untuk mengikuti saja langkah seorang perempuan paruh baya. Ia biasa mengantarkan orang-orang menuju makam tersebut. Kami harus melewati kebun-kebun penduduk. Dan tampak aliran sungai Soso di sepanjang perjalanan. Berselang 10 menit saja, si penunjuk jalan ini berhenti. Sebuah makam sederhana ada disana. Ia segera membersihkan dedaunan kering yang jatuh. " Niki pesareane Mbah Rantansari ". Pagar batu setinggi ± 50 cm tampak mengelilingi makam ini. Banyaknya...

Hey, Mr. Postman

Surat pernah menjadi salah satu bagian mesra dalam kehidupan kita. Saya beruntung terlahir di era 80'an. Karena masih sempat merasakan menanti Pak Pos dan ramai-ramai menyelipkan sepucuk surat di Brievenbus sepulang ekskul. • oleh : Anita Wiryo Rahardjo • Saat berseragam putih biru, rasanya wajib menengok jendela kantor TU sekolah setiap berangkat atau istirahat. Surat untuk kita akan dipajang disana. Meski tak hobi korespondensi, ada sekitar 10 surat saya terima melalui alamat sekolah. Semua pasti dari saudara sepupu atau kerabat lain yang sepantaran di luar kota. Eh, ada satu surat balasan hasil korespondensi yang kemudian dibuka ramai-ramai begitu ketahuan siapa pengirimnya. Yes, Rio Febrian, jawara Asia Bagus saat itu yang sudah jadi idola baru. Padahal hanya isi biodata dan foto, tapi tetap saja jadi rebutan. • Bis surat • Jika mendapat kiriman surat cukuplah menunggu di rumah atau sekolah, maka untuk mengirimnya kami harus ke Kantor Pos. Beruntung, SMP ...

KOTA KUNA : Rumah Tinggal Pendeta

Jika saya menyodori foto ini (khusus untuk masyarakat perkotaan Purbalingga) apakah Anda mengenalinya ? Tahukah bahwa ini foto bangunan Gereja Kristen Jawa (GKJ) Purbalingga ? • oleh : Anita Wiryo Rahardjo • Saya masih sangat lemah teknik fotografi pada 2013 silam. Jadi maafkan, jika foto yang tergantung di dinding ruang rapat GKJ ini malah tak seindah aslinya. Gereja Kristen Jawa (GKJ) Purbalingga berada di deretan Jl. Jendral Soedirman timur. Jalur utama yang dikenal berada di kawasan Bancar. Banyak bangunan peninggalan kolonial masih berdiri disana. Hingga dulu pernah dicetuskan penyebutan "Kota Kuna Purbalingga" disana. Sekarang masihkah ada istilah ini ? Keberadaan rumah ibadat Kristen dan penyebaran ajaran ini dimulai sejak era pendudukan Belanda. Ini seperti yang disampaikan Pdt. Slamet Waluyo, saat kami berbincang 4 tahun silam. • Cikal Bakal • Sebenarnya cikal bakal pertama GKJ ya di Banyumas. Dalam sejarahnya, pada 1850-an, sembilan orang buruh miskin tuka...

KULA NUWUN,... ANDUM SLAMET SEDULUUURRR

Kula nuwun.. Wilujeng Enjing.. Andum slamet... Ketiga kosakata ini tengah kembali akrab ditelinga. Saya dibisiki bahwa inilah salam Penginyongan (boleh dibaca : panginyongan). • oleh : Anita Wiryo Rahardjo • Tak banyak yang bisa saya lakukan selain terbengong-bengong saat diminta membawakan sebuah acara kedinasan dalam bahasa penginyongan. Dimana persiapan yang diberikan tak lebih dari 24 jam. "Teyeng ora ?", batin saya. Karena meski dalam lingkup pergaulan, bahasa ini menjadi keseharian, namun tidak demikian di dalam rumah. Bahasa penginyongan lazim dituturkan oleh masyarakat Banyumas Raya. Meliputi : Banyumas, Purwokerto, Purbalingga, Banjarnegara dan Cilacap. Wilayah yang dikenal berbahasa ngapak. Ah !! Saya kemudian teringat bagaimana beberapa kawan (bahkan Ibu saya) yang merasa sedikit "terluka" dengan istilah ngapak. Istilah bahasa yang entah kenapa jadi gojekan pakdhe-budhe saya di Solo. Tapi sudahlah, dengan istilah "basa penginyongan" yang k...

Indra Theater, dari tobong ke bioskop

Saya belum sanggup membayangkan seperti apa suasana gedung pemutaran film di Bobotsari, Purbalingga pada sekitar 5 dasawarsa lalu. Entah mengapa gambaran unik yang saya tangkap adalah lalu lalang penjual kacang bawang yang berkeliling menawarkan dagangannya sebagai teman nonton film. • oleh : Anita Wiryo Rahardjo • Indra Theater menjadi salah satu dari tiga gedung pemutaran film yang dimiliki Purbalingga. Jika Rayuan dan Braling Theater berada di pusat kota dan cukup megah pada masanya, maka Indra Theater berlokasi di Bobotsari. "Orang Limbasari sampai Lambur ya lebih milih nonton disini", kenang Ny. Naenah dan suaminya ketika kami berbincang beberapa bulan silam. Ditemani seorang kawan, saya sempatkan menengok bangunan gedung yang masih tersisa. Ternyata tak jauh dari kompleks pasar atau kantor pos Bobotsari.  Bangunan bercat putih tampak rusak disana-sini. Belum keseluruhan permanen. Bagian atas masih menggunakan gedhek (bilik bambu beranyam) dan papan serta ventila...

GARDU JAGA TLAHAB LOR, 1 lagi yang masih tersisa

Postingan ini sekaligus menjadi ralat tulisan saya sebelumnya. Untunglah ada komentar yang mengingatkan saya untuk kembali membuka file lawas. • Oleh : Anita Wiryo Rahardjo • Purbalingga kabarnya memiliki 6 gardu jaga. Gardu jaga di Siwarak, Karang Reja adalah yang paling terakhir saya kunjungi pada Oktober 2016. Namun saya lupa masih ada satu lagi yang tersisa. Yaitu gardu serupa di Tlahab. (Ket : foto hasil skrinsut, monggo bisa di gugling saja, karena kebetulan saya memang tidak memiliki foto gardu ini secara pribadi.) Seketika saya pun teringat 5 tahun silam saya bertemu Barwono yang waktu itu menjadi juru pelihara Gardu Jaga di Tlahab Lor dan Tugu peringatan A.W. Sumarmo Tlahab Kidul. Sekarang masihkah bertugas, Pak ? Karena tujuan saya ke Tlahab saat itu berbeda, maka hanya selintas lalu Pak Barwono mengisahkan perihal keduanya. Soal tugu atau monumen A.W. Sumarmo yang dibangun guna mengenang jasa sang asisten wedana ini dalam mempertahankan wilayah Karang Reja dari sera...

Gardu Jaga Siwarak, 1 yang tersisa

Rasa penasaran akan sesuara yang beragam seputar Gardu Jaga sebagai salah satu peninggalan kolonialisme membuat saya harus memilih dan memilah. • oleh : Anita Wiryo Rahardjo • Gardu jaga adalah sesuatu yang lumrah pada masa cultuur stelsel diberlakukan. Purbalingga disebut-sebut memiliki 6 bangunan gardu jaga. Satu-satunya yang masih utuh dan terawat adalah Gardu Jaga di Siwarak, Karang Reja. Sebelum sampai di Objek Wisata Goa Lawa, kita dapat melihat sebuah gardu kecil di sisi kiri jalan. Bertuliskan Gardu VOC. Gardu dalam kondisi terawat sekarang ini. Lumut di bagian bawah tembok merupakan sesuatu yang lumrah. Pada posting sebelumnya disebutkan, bahwa menurut salah seorang pengajar sejarah di Purbalingga yaitu Mas Dwihatmoko, tidak tepat jika bangunan ini disebut sebagai Gardu VOC. Sejak 1799, dimana kongsi dagang VOC mengalami kebangkrutan, Nusantara diambil alih Pemerintahan Hindia Belanda. Sementara menurut data, gardu dibangun pada 1830. Pada era ini, dimulailah aturan Gube...