Langsung ke konten utama

Postingan

Ke PRASASTI CIPAKU yuuukkk

Seperti yang sudah saya tulis sebelumnya, bahwa desa Cipaku Mrebet menyimpan banyak potensi cagar budaya yang masih terjaga kondisinya sampai saat ini. Sebagian besar koleksi ini diselamatkan dan ditempatkan di museum milik perorangan " Lokastithi Giri Badra " yang dibuka 24 jam non stop. Oleh : Anita Wiryo Rahardjo Namun yang tak kalah istimewa adalah keberadaan batu raksasa di sebelah museum ini. Batu yang bisa dibilang seukuran gajah gemuk dengan goresan-goresan huruf yang sangat sulit dibaca umum. Warga setempat mengenalnya sebagai Watu Tulis dan secara resmi terdata sebagai Prasasti Cipaku. Berbicara tentang prasasti, temuan di Cipaku ini jadi terasa menarik. Prasasti biasanya merujuk pada suatu benda yang mengandung tulisan. Nah, seperti kita tahu tulisan ini menjadi penanda berakhirnya masa prasejarah dan dimulainya zaman sejarah. Jadi, bisa dong kita menyebutnya lebih modern dari zaman batu. Karena umumnya dikenal mulai masa klasik Hindu-Budha. Sampai sekaran...

Sejumlah Bangunan Tua di Purbalingga

Saat bicara tentang bangunan tua, maka terbayang sebuah tempat yang dibangun saat zaman Belanda atau sebelum Indonesia merdeka dengan arsitektur yang khas. Bisa jadi bergaya indisch atau malah rumah joglo. Oleh : Anita Wiryo Rahardjo Tidak hanya  kota kuna  di Jalan Jendral Sudirman Timur, pusat kota Purbalingga masih banyak menyimpan pesona bangunan tua ini. Mari berputar di sekitaran Alun-alun. Karena selain Balai Muslimin masih ada lagi nih.   Bermodal setumpuk kertas yang pernah saya peroleh dari Museum Soegarda Poerbakawatja  berisi informasi mengenai bangunan peninggalan kolonial di Purbalingga. Ada sekira 30 bangunan. Sebut saja di Jalan Dipokusumo, Jalan Letkol Isdiman sampai jalur utama Jalan Jendral Sudirman. Ada yang masih ditinggali. Dan tidak sedikit pula tanpa berpenghuni dengan kondisi cukup memprihatinkan. Pertama kita pilih bangunan pribadi dulu ya. Di Jalan Dipokusumo sejumlah rumah yang dibangun pada sekira 1920-an masih dapat ditemui. Dul...

AYO DOLAN MARING CURUG AUL

Jelang akhir pekan. Saatnya menetapkan destinasi wisata. Tak usah jauh-jauh ke luar kota. Cukup di Purbalingga saja. Apalagi disini tersimpan kekayaan alam tersembunyi yang mempesona. Salah satunya adalah Curug AUL. Oleh : Anita Wiryo Rahardjo Foto oleh : Bagus Permana Yap, Purbalingga memang dikaruniai alam yang indah. Wilayah utara Purbalingga yang didominasi dataran tinggi tak hanya menyimpan peninggalan prasejarah namun juga yang nyata-nyata terlihat.  Banyaknya curug alami. Bahkan sebutan kota dengan seribu curug pun tersemat. Nah, kalau menurut wikipedia curug atau air terjun adalah arus air yang mengalir melalui formasi bebatuan yang mengalami erosi dan jatuh ke bawah dari ketinggian. Ketinggian antara curug satu dengan lainnya akan berbeda. Ada pula yang berkarakteristik tunggal dan tak sedikit yang sebaliknya. Bertingkat dan berkelok. Lalu bagaimana dengan curug Aul ini ? Okay, let see. 1000 CURUG Curug Aul terletak di dusun Pucung Rumbak, desa Tanalum, kecamatan Remban...

Mampir Aaaahhh Ke PURBALINGGA ART & CULTURE FESTIVAL

Yes, today is saturday . Waktunya jalan-jalan. Hari ini targetnya adalah ke Purbalingga Art & Culture Festival (PACF).  Oleh : Anita Wiryo Rahardjo Sebenarnya gelaran PACF sendiri sudah hampir kelar. Event perdana garapan KEMAS (Kelompok Masyarakat Seni) ini sudah dimulai sejak tanggal 11 dan berakhir pada 14 September 2014 di GOR Mahesa Jenar Purbalingga. Sesuai namanya, event ini menampilkan beberapa bentuk kreasi seni. Mulai dari teater, seni rupa, grafiti, seni musik sampai tari tradisional dan juga dance. Ruang khusus grafiti Pameran Seni Rupa dan Beberapa Karya yang Dipajang   Ditemui di sela-sela persiapan acara siang ini, ketua panitia Didik Wibowo mengungkapkan jika Purbalingga Art & Culture Festival ini dibuat dalam rangka menjembatani bentuk kreasi seni yang beragam dalam satu ruang. Selama ini kecenderungan event di Purbalingga hanyalah tematic satu macam seni saja. Namun dengan adanya PACF ini, diharap seluruh pelaku seni bisa saling mengenal dan m...

Dari Helatan MOVIE DAY ACFFEST 2014 di Purbalingga

Movie Day Acffest di Purbalingga seru banget. Lumayan nih pas dateng, ternyata banyak yang lagi ikutan #SelfieJujur. Seru juga. Bahkan pasukan unyu-unyu ini pun nggak ketinggalan. Tau deh, anak siapa yang jelas saluuuut ama gayanya. Sampai-sampai "Say NO to Corruption"nya nggak pengen dilepas. Hihihihi, okay Nak, ingat yah kalau dah gedhe harus tetap "Say NO to Corruption" yaaaah...

ELOKNYA GUNUNG SELOK

N-Y-A-S-A-R. Inilah susunan huruf paling akrab dengan saya. Sampai-sampai ada seorang teman yang sering bergurau, "Kalau nggak nyasar berarti nggak jalan-jalan bareng kamu". Sungguh, kenyataan yang menyakitkan. Hiks.  Oleh : Anita Wiryo Rahardjo Dan (karena suratan sering nyasar ini jugalah) rencana jalan-jalan ke pantai pun berubah menjadi omelan teman-teman gegara harus naik turun bukit. Karena ternyata kami malah menyusuri Taman Wisata Alam Gunung Selok, Cilacap. Okay,... (tarik napas dalam-dalam) jangan tanya bagaimana awalnya bisa sampai ke tempat ini. Intinya kami hanya manut saja mengikuti arahan rute dari seorang kondektur bus. Dia hanya menyebut, "Pantainya ada di bawah sana". Kami baru tersadar jika kami bukan menuju pantai yang direncanakan, saat melihat tulisan "Taman Wisata Alam Gunung Selok". Tapi berhubung sudah bayar tiket ya sudah, laaannjjjuuutttt. Lagipula driver kami tidak sukses membalikkan kendaraan, jadilah jalan terus pantang ba...

NYUWUN AGUNGING PANGAKSAMI

Satu hal yang saya tunggu-tunggu dari Lebaran adalah “SUNGKEMAN”. Yes, selain plong karena (pada akhirnya) mampu juga mengungkapkan segala perasaan bersalah pada orangtua, rasa dag-dig-dug belibet salah ngomong pun pasti menghampiri. • Oleh : Anita Wiryo Rahardjo • Di keluarga inti, usai melaksanakan Sholat Ied, maka sungkeman perlu dilaksanakan sebelum sarapan menu Lebaran & bersilaturahmi ke tetangga. Yang seru adalah kami harus menggunakan bahasa Jawa krama. Yeah. Jadilah sejak semalam sebelumnya kami kerap menghapal terlebih dahulu naskah sungkeman dari masa ke masa. Hahaha. Seperti ini : “Bapak / Ibu’/ Embah, kulo ngaturaken sembah sungkem, sedoyo lepat nyuwun agunging pangapunten”. Hihihi, meski sudah merupakan mantra menahun, namun bagi sebagian keluarga yang (mayoritas) tinggal di luar JaTeng hal ini sangatlah merepotkan. So, mereka akan sungkeman dengan berkata “$#^&**&*&^%^^%^$#....pangapunten”. Wuiih,.. apa ya afdol ? Hehe. Makanya, sangat tidak mengheranka...