Langsung ke konten utama

Mampir Aaaahhh Ke PURBALINGGA ART & CULTURE FESTIVAL

Yes, today is saturday. Waktunya jalan-jalan. Hari ini targetnya adalah ke Purbalingga Art & Culture Festival (PACF). 

Oleh : Anita Wiryo Rahardjo

Sebenarnya gelaran PACF sendiri sudah hampir kelar. Event perdana garapan KEMAS (Kelompok Masyarakat Seni) ini sudah dimulai sejak tanggal 11 dan berakhir pada 14 September 2014 di GOR Mahesa Jenar Purbalingga. Sesuai namanya, event ini menampilkan beberapa bentuk kreasi seni. Mulai dari teater, seni rupa, grafiti, seni musik sampai tari tradisional dan juga dance.

Ruang khusus grafiti

Pameran Seni Rupa dan Beberapa Karya yang Dipajang

 


Ditemui di sela-sela persiapan acara siang ini, ketua panitia Didik Wibowo mengungkapkan jika Purbalingga Art & Culture Festival ini dibuat dalam rangka menjembatani bentuk kreasi seni yang beragam dalam satu ruang. Selama ini kecenderungan event di Purbalingga hanyalah tematic satu macam seni saja. Namun dengan adanya PACF ini, diharap seluruh pelaku seni bisa saling mengenal dan mengetahui potensi seni yang ada di Purbalingga.

Pada hari pertama, PACF menyuguhkan workshop teater dan 80 % dihadiri para pelajar. Panitia menghadirkan para expert dari ISI Jogjakarta yang membagikan materi seputar penyutradaraan, karakter peran, tata panggung sampai kostum. Tidak tanggung-tanggung, workshop ini dimulai sejak jam 9 pagi sampai 3 sore.

Hari kedua, parade tek-tek dan tari kontemporer hadir sebagai rangkaian opening ceremony Purbalingga Art & Culture Festival. Dilanjutkan dengan dilangsungkan festival band pelajar dan festival teater pada waktu yang berbeda. Yang unik, masyarakat pun disuguhi performing grup teater Semar Sakti Studio Jogjakarta yang bermain secara outdoor. Persembahan spesial ini juga masih akan terus berlangsung sampai malam minggu nanti. Sementara di hari ketiga PACF masih akan terus melanjutkan serangkaian parade musik dan akan ditutup pada hari minggu dengan parade musik reggae. Nah, untuk masyarakat umum, bisa juga menikmati bermacam bentuk, goresan dan warna dalam pameran seni rupa yang diadakan penuh empat hari.


Ini souvenir yang bisa diperoleh dari PACF

PACF ini diagendakan akan menjadi sebuah event tahunan di Purbalingga. "Tapi untuk waktu kami belum memutuskan apakah akan September lagi atau bukan. Sedangkan untuk venue, nantinya akan terus berpindah, tapi masih dalam batas wilayah Kabupaten Purbalingga", ungkap Didik yang juga mahasiswa ISI Jogjakarta ini. Dan Didik berharap, gelaran berikutnya akan lebih menyatukan kembali seluruh elemen pegiat, pecinta dan penikmat seni yang ada di Purbalingga.

Komentar

Banyak Dicari

Petilasan Mundingwangi di Makam Wangi

Beberapa tahun silam, seorang sepuh sempat memperingatkan saya untuk tidak dulu memasuki Makam Wangi (Stana Wangi) karena salah hari. Namun kini dengan berstatus desa wisata, saya dapat mengunjungi Makam Wangi kapanpun sekaligus menikmati panorama desa Pagerandong, kecamatan Kaligondang. • oleh : Anita Wiryo Rahardjo • Agenda Sesaji Larung Gintung kembali membawa saya ke Makam Wangi. Banyak hal berubah setelah sekian tahun. Dulu, kami tidak disarankan mengendarai sepeda motor sampai di depan Makam Wangi karena jalanan yang ekstrem dan masih berupa kerikil tajam. Sekarang ? Mobil pun dapat melaju lancar. Namun tetap harus hati-hati. Kontur jalannya memang naik turun dan berkelok. • Di   dalam hutan • Dari kejauhan, tampak satu lahan seolah terpisah. Perbukitan. Rimbun ditanami pepohonan dan bambu. Inilah Makam Wangi. Lahan sekira 3 hektar ini tepat berada di tepi Sungai Gintung. Selain beragam bambu, kita dapat menemukan banyak jenis tumbuhan buah. Salah...

TRADISI WISUHAN

Daur hidup manusia tak lepas dari rangkaian adat istiadat. Saat memasuki 40 hari, dilaksanakanlah tradisi Wisuh atau Wisuhan. • oleh : Anita Wiryo Rahardjo • Pagi itu seorang pria pensiunan Polantas sibuk mencari anak-anak kecil. Minggu pagi memang tak mudah mencari para bocah di rumah. Mereka sedang asyik jalan-jalan bersama keluarga tentunya. Beruntung ada tiga bocah kelas 1 SD yang baru bangun keluar rumah dan kemudian dimintalah mereka bersiap memperebutkan uang. Ketiganya hanya mantuk-mantuk bingung. Mereka tak tahu bahwa mereka tengah dilibatkan dalam tradisi Wisuh. • Cukur rambut • Didalam rumah, seorang bayi mungil sedang dicukur bergantian oleh dukun bayi dan pihak keluarga. Dalam kebiasaan lain, saat seperti ini juga sambil dibacakan shalawat. Namun tidak hari itu. Pemandangan ini berbeda dengan yang pernah dilakoni saudara sepupu saya. Menjelang hari ke-40 (bisa dimulai dari hari ke-35 atau selapan dina), dukun bayi yang biasa mengurus ia dan puteri kecilnya secara khus...