Langsung ke konten utama

Ke PRASASTI CIPAKU yuuukkk


Seperti yang sudah saya tulis sebelumnya, bahwa desa Cipaku Mrebet menyimpan banyak benda cagar budaya (BCB) yang masih terjaga kondisinya sampai saat ini. Sebagian besar koleksi ini diselamatkan dan ditempatkan di museum milik perorangan "Lokastithi Giri Badra" yang dibuka 24 jam non stop.

Namun yang tak kalah istimewa adalah keberadaan batu raksasa di sebelah museum ini. Batu yang bisa dibilang seukuran gajah gemuk dengan goresan-goresan huruf yang sangat sulit dibaca umum. Warga setempat mengenalnya sebagai watu tulis dan secara resmi terdata sebagai Prasasti Cipaku.


 
Sampai sekarang, batu dengan prasasti di badannya ini masih terus menjadi misteri. Bagaimana tidak ? Karena susunan huruf Jawa Kuno yang hampir kikis itu, sungguh hanya bisa dibaca para ahli saja. Dan penelitian baru sampai sebatas pada sebuah hasil yang diperoleh Drs. Kusen dari Fakultas Sastra UGM Jurusan Arkeologi pada 1983. Drs. Kusen berhasil memecahkan arti tulisan tersebut yang berarti “Indra Wardana Wikrama Deva”, kemungkinan ini adalah nama Raja pada masa lampau. Namun Raja siapa dari kerajaan mana masih belumlah bisa dipastikan.


Tidak sulit mecari keberadaan batu ini. Meski lokasinya agak di dalam, namun tidak jauh dari jalan utama desa Cipaku. Dan berada tepat di samping museum milik Bapak Mintohardjo ini. Ditambah papan petunjuk dan bangunan istimewa membuat kita cepat mengenali keberadaan lokasinya. Suasana di sekitar batu tulis ini cukup asri. Beberapa pohon besar serta aliran sungai yang tak jauh darinya semakin menghadirkan nuansa sejuk. Btw jadi inget ya kata salah seorang arkeolog kota ini, Adi Purwanto. Menurutnya, sebagian besar penemuan BCB adalah didekat sungai atau sumber mata air lainnya. Hal ini dikarenakan air adalah sumber kehidupan yang memungkinkan untuk menjadi area tinggal serta menetap bagi manusia. Dan saat mereka menetap itulah, muncul kebudayaan yang salah satunya menghasilkan peninggalan fisik yang kita kenal sebagai benda cagar budaya saat ini.


Menurut beberapa informasi, batu ini konon mengandung daya magnet yang paling kuat se-Nusantara. Bahkan jarum kompas petunjuk arah jika didekatkan ke watu tulis maka akan bisa berbalik arah 180 derajat. Hal ini kemungkinan dikarenakan batu ini berasal dari pecahan meteor. Dan, saya pun mencobanya, dengan meletakkan sebuah kompas kecil diatas batu ini. Hasilnya ?? Saya baru tersadar kalau ini adalah kompas rusak yang sudah tidak lagi bisa dipertanggungjawabkan arahnya. Hmmmfffttt.

 



Menurut penuturan warga disekitar lokasi, meski tidak sampai membludak, namun ada angka kunjungan ke Situs peninggalan (mungkin) abad ke 5 ini. Diluar orang-orang yang ingin tahu, sepertinya tempat inipun masih di”istimewa”kan, terbukti saya masih menemukan sisa dupa di dekat batu ini. Well, jangan lihat dari sisi mistisnya dong,.. tapi renungkan saja, bahwasannya batu ini sepertinya menyimpan banyak sekali ilmu pengetahuan yang masih belum tergali. (haha, ini bukan dampak kebanyakan nonton Indiana Jones lho ya)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

BATIK PURBALINGGA DIMULAI DARI ERA NAJENDRA

Sore yang terbalut hujan. Seketika nama udan liris mampir di pikiran. Eh, lalu bagaimana dengan truntum, kawung, lumbon, sekar jagad atau bahkan cebong kumpul ? Semarga kan ? (Oleh : Anita W.R.) Pertanyaan itu kian menggelitik setelah pertemuan pertama saya dengan seseorang ini terjadi pada Desember 2013. Satu kalimat yang saya ingat darinya adalah " Batik Purbalingga itu sudah punya khas sejak awal ". Antara takjub, bingung dan tidak mudheng , rangkaian penasaran itu saya endapkan hingga menuju 2 tahun. Ya, bicara Batik, banyak informasi, artikel sampai literatur yang membahasnya. Namun batik Purbalingga, hanya sekelumit yang saya ketahui. Padahal saya ada di kota ini sejak lahir dan tinggal dikelilingi beberapa pembatik sepuh. Memori saya pada bagian ini sepertinya tidak terlalu baik, sampai-sampai sulit membacanya. Tapi kalau boleh, ijinkan saya menyebut nama mereka satu per satu. Eyang Din, Mbah Sastro, dan Mbaeh Nana adalah nama-nama pembatik sepuh yang...

Petilasan Mundingwangi di Makam Wangi

Beberapa tahun silam, seorang sepuh sempat memperingatkan saya untuk tidak dulu memasuki Makam Wangi (Stana Wangi) karena salah hari. Namun kini dengan berstatus desa wisata, saya dapat mengunjungi Makam Wangi kapanpun sekaligus menikmati panorama desa Pagerandong, kecamatan Kaligondang. • oleh : Anita Wiryo Rahardjo • Agenda Sesaji Larung Gintung kembali membawa saya ke Makam Wangi. Banyak hal berubah setelah sekian tahun. Dulu, kami tidak disarankan mengendarai sepeda motor sampai di depan Makam Wangi karena jalanan yang ekstrem dan masih berupa kerikil tajam. Sekarang ? Mobil pun dapat melaju lancar. Namun tetap harus hati-hati. Kontur jalannya memang naik turun dan berkelok. • Di   dalam hutan • Dari kejauhan, tampak satu lahan seolah terpisah. Perbukitan. Rimbun ditanami pepohonan dan bambu. Inilah Makam Wangi. Lahan sekira 3 hektar ini tepat berada di tepi Sungai Gintung. Selain beragam bambu, kita dapat menemukan banyak jenis tumbuhan buah. Salah...

Brambang Jae dan Larangan Pementasan Wayang Kulit

Nama petilasan ini adalah Brambang Jahe. Nama yang unik ya? Cukup menggelitik tanya di benak, apakah di petilasan ini terdapat pohon bawang merah dan pohon jahe. Yang tentu saja jawabannya adalah tidak. Petilasan brambang Jahe ini sudah masuk dalam daftar inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) kategori bangunan makam. Meski nilai sejarahnya masih dipertanyakan, namun kecenderungan masyarakat menyakralkan tempat ini dan juga folklore yang terus hidup menjadikan Brambang Jahe sebagai salah satu petilasan yang diistimewakan. Masyarakat setempat mengenalnya sebagai kuburan Brambang Jahe. Brambang Jahe terletak di Kelurahan Purbalingga Kidul, tepatnya di utara Stadion Guntur Darjono Purbalingga. Dahulu, makam ini terdapat di tengah persawahan. Tidak ada seorangpun yang berani membongkarnya. Bahkan sampai ketika tempat tersebut disulap menjadi stadion skala nasional pun, Brambang Jahe tetap ada. Dan untuk melindunginya dari tangan-tangan jahil, dibangunlah pagar keliling pada ma...