Langsung ke konten utama

Postingan

TRADISI MIMITI YANG SUDAH MULAI JARANG DITEMUI

Hamparan sawah yang menguning menandakan siap untuk dipanen. Ya, bagi masyarakat Indonesia yang pernah mendapat predikat masyarakat agraris, bercocok tanam tentulah bukan hal asing.  Oleh : Anita Wiryo Rahardjo Mulai dari aktivitas tandur sampai panen, umum dilakukan masyarakat petani di seluruh pelosok negeri. Meski aktivitasnya sama, bisa jadi adat dan tradisinya berbeda disetiap wilayah. Dan salah satu tradisi yang berkaitan dengan panen adalah Mimiti. MULAI LANGKA Tidak mudah menemukan rangkaian prosesi mimiti lengkap di jaman yang sudah serba modern ini. Namun beberapa desa di wilayah Kabupaten Purbalingga masih berupaya melestarikannya. Memang tidak semua desa yang saya survey, hanya desa-desa yang cukup dekat dengan keseharian saja yang menjadi sampel. Halah,...kemayu,.. hehe pake acara sok penelitian segala ya ? Nah, mimiti atau di beberapa wilayah Jawa bagian lain menyebutnya dengan methik biasanya dilakukan sehari sebelum panen. Bisa diibaratkan mimiti adalah semacam ...

MAKAM NARASOMA

Dalam beberapa waktu terakhir saya memang ubak-ubek di dalam kota. Sambil berharap menemukan hal-hal menarik di dalam kota selain bangunan peninggalan kolonial. Beruntung salah seorang teman -namanya Agus Heri Prabowo- menyarankan saya mengunjungi makam Narasoma. Oleh : Anita Wiryo Rahardjo PRITGANTIL Tidak jauh dari pusat pemerintahan, kita bisa menemukan Makam Narasoma di salah satu kompleks Pemakaman Umum. Tepatnya di dukuh Pritgantil, Purbalingga Wetan. Berada di timur perempatan Pasar Mandiri, membuat tempat ini mudah dicari Nama Narasoma memang cukup akrab.  Bagi para pecinta wayang kulit, mungkin sudah tidak asing ya dengan nama tokoh penerima ajian Candra Bhirawa ini. Tapi siapakah Narasoma yang dimakamkan di Pritgantil ini ? Agus Heri mengantarkan saya pada Pak Wardi , juru kunci Makam Narasoma. Ditempatkan dalam bangunan yang belum lama direnovasi, Wardi mengajak kami masuk. Namun siang itu nyali saya kok menciut tanpa sebab. Daripada menanggung malu, hehe sayapun mem...

KOTA KUNA PART 2 - BALAI MUSLIMIN

Jalan-jalan kita ke kota kuna berlanjut lagi. Horrreeee. Kali ini targetnya adalah Balai Muslimin yang sudah berganti nama menjadi Pendopo K.H. Ahmad Dahlan. Oleh : Anita Wiryo Rahardjo CAGAR BUDAYA Bertempat di selatan Alun-alun Purbalingga, bangunan yang sudah ada sejak 1800-an ini masih kokoh berdiri ditengah-tengah deretan gedung yang menjulang tinggi. Dulu orang mengenalnya sebagai Balai Muslimin. Namun belakangan namanya diubah menjadi Pendopo K.H. Ahmad Dahlan. Termasuk salah satu objek diduga cagar budaya kategori bangunan. Tidak sulit kok untuk mencari keberadaan gedung ini. Meski dari luar nampak tersembunyi, namun begitu kita sukses melewati pintu gerbang utama (dengan syarat sudah laporan dulu ke Satpam ya,..) kita akan segera menyaksikan sebuah bangunan berarsitektur Jawa Belanda ini. Pendopo K.H. Ahmad Dahlan terdiri dari satu bangunan yang didirikan diatas batur setinggi kurang lebih 75 cm diatas pemukaan tanah. Gedungnya menghadap utara. Memiliki atap berbentuk lim...

STANA LANDA, KERKOP-nya PURBALINGGA

Masyarakat setempat terbiasa menyebut tempat ini dengan Kerkop atau Stana Landa. Dan kini selain tetap menjadi kompleks pekuburan khusus Belanda, Kerkop ini juga difungsikan sebagai salah satu hutan kota. Oleh : Anita Wiryo Rahardjo Terletak di Jalan S. Parman desa Bancar Purbalingga, makam ini memang tidak terlalu mencolok pandangan. Tembok tinggi di sekelilingnya membuat kompleks ini sedikit tertutupi. "Beda dari 30 tahunan lalu. Kalau pas jalan di setapaknya (sekarang trotoar), begitu nengok langsung ketemu nisan.", kenang Purwa (50) yang sempat bersekolah di seputar Kerkop ini. Kerkop sebenarnya berasal dari kata Kerkhoff. "Kerk itu gereja, hoff artinya istana", ujar salah seorang penulis sejarah di Purbalingga, Triatmo.  Sementara itu berdasarkan bermacam sumber menyebutkan jika Kerk berati gereja dan hoff adalah halaman.Dan sudah menjadi tradisi bagi orang-orang Belanda yang mayoritas Kristen untuk kemudian menguburkan keluarganya yang meninggal di halam...

KOTA KUNA part 1 - SD KRISTEN

Kota Tua, Kota Lama ataupun Kota Kuno sebutannya, kerap menarik perhatian para pecinta destinasi wisata sejarah. Selain unsur edukasi, tata bentuk dan ruang bangunan khas peninggalan masa lalu inipun tak luput dari bidikan kamera para fotografer. Serupa itukah kondisi KOTA KUNA di Purbalingga ? Oleh : Anita Wiryo Rahardjo Belum banyak orang mengetahui jika Purbalingga memiliki deretan bangunan peninggalan sejarah, khususnya pada masa pendudukan Belanda. Meski paket wisata ke Kota Kuna ini sudah dipublikasikan namun tetap saja belum dapat mengangkat icon Kota Kuna sebagai pilihan wisata di Purbalingga. Bangunan-bangunan ini tersebar cukup rapat mulai dari pusat pemerintahan ke arah timur di desa Bancar. Beberapa bahkan masih menempati fungsinya seperti pada masa awal berdiri. SD KRISTEN Salah satu bangunan yang termasuk daam daftar Kota Kuna adalah SD Kristen Bina Harapan yang terletak di Jalan Jendral Sudirman 119 Purbalingga. Sekolah ini sudah ada sejak 1926. Sekolah Dasar ini pada ...

BEREBUT GUNUNGAN DI SEBUAH PERAYAAN

Pawai Budaya kembali menyapa masyarakat Purbalingga menjelang akhir tahun 2013. Berpusat di Alun-alun, sejumlah kesenian tradisi nan langka ditampilkan dalam perhelatan Hari Jadi ke-183 tahun Kabupaten Purbalingga. Sebut saja diantaranya: Rodat, Ujungan, Angguk, Braen, Aplang, Daeng serta Begalan . Tentu saja tidak ketinggalan, kesenian rakyat " paling hype" yaitu ebeg serta tek-tek kenthongan. Dan.....ada gunungan. Oleh: Anita Wiryo Rahardjo Keberadaan seni tradisi yang beragam tersebut menunjukkan kekayaan budaya. Sebagai contoh rodat dan daeng memiliki gerakan dasar serupa dengan pencak silat Jawa . Berkembang pada penjajahan, rodat maupun daeng menjadi kamuflase para pejuang saat berlatih. Dengan diiringi dengan alat musik dan nyanyian tentu saja kitapun terkecoh, tak menyangka apabila seni tersebut berasal dari olahraga.  Kemudian ada ujungan. Pertandingan 'bersenjatakan' rotan ini bukan kompetisi, melainkan dilakukan sebagai upaya ritual khusus persembahan ...

JAMASAN, BUKAN SEKEDAR MEMANDIKAN

Jamasan. Inilah salah satu tradisi yang rutin dilakukan pada bulan Sura. Secara literatur jamasan ini berarti memandikan atau membersihkan. Terutama benda pusaka. Apa sebenarnya tujuan dari tradisi ini ? Oleh : Anita Wiryo Rahardjo Upacara pembukaan Jamasan Pusaka Tosan Aji JAMASAN TOSAN AJI Halaman Museum Prof. Dr. R. Soegarda Poerbakawatja pagi ini sedikit berbeda. Tenda berwarna merah tampak berdiri di depan gedung. Puluhan pasang mata tertuju pada sekelompok pria berbusana tradisional yang dengan khidmat melakukan serah terima sebilah keris pusaka dengan iringan sulukan yang menghanyutkan. "....Sigra arsa angayahi karyo. Anjamasi pusaka aji. .......", suluk yang ditembangkan sang pranatacara ini membuat suasana jadi semakin hanyut. Acara kemudian dilanjutkan dengan pembersihan sebilah keris tersebut. Ya, seperti inilah gambaran upacara pembukaan prosesi jamasan yang diadakan pada Selasa Kliwon 17 Desember 2013 lalu.  Dengan dijamasnya keris pusaka oleh Kabid Kebudayaan...