Langsung ke konten utama

Postingan

Kudapan Khas Siwarak untuk bulan SURA

Sura hampir berakhir. Tapi banyak moment yang tidak bisa saya lupa. Jelang bulan baru tahun Jawa kali ini istimewa buat saya. Salah satunya adalah karena bisa melihat langsung produksi kudapan khas dodol kelapa muda, manisan pepaya dan manisan cermai di desa Siwarak. • oleh : Anita Wiryo Rahardjo • Uap hangat beraroma legit mengajak kami berlarian menuju dapur Suwarti. Rumahnya tak jauh dari pintu masuk Objek Wisata Gua Lawa. Di dapurnya tampak aktivitas yang padat. Ada yang tengah mengupas kelapa, mengaduk adonan dodol, mengolah manisan hingga mengemas kudapan-kudapan ini. Target Suwarti adalah menjualnya untuk bulan Sura. " Sejak awal produksi kami sudah membuat ini khusus untuk Sura, Maulud juga Khau l", kata Suwarti. Dodol dan manisannya banyak diminati menjadi oleh-oleh khas di Pemalang, Tegal hingga Cirebon. " Kalau njenengan ke makam Sunan Jati di Cirebon, ya salah satunya itu ada manisan buatan kami ", tambah perempuan yang memulai usahanya di...

NJELIR, HUJAN dan KALIAN siang itu

Hujan bukan alasan menghentikan langkah kami menyusuri setapak tanah di perbukitan setinggi 1000 mdpl ini. Bukit dengan panorama indah yang pertama kali mengenalkan wisata sunrise di Purbalingga. Njelir . • Oleh : Anita W.R • Perjalanan di akhir September lalu ini membawa banyak "tugas". Review ini tak hanya milik saya pribadi seperti sebelumnya. Karena dalam perjalanan ini saya bersama rekan-rekan sekantor. Treking ke Njelir kali ini kami diarahkan melalui rute dari Gardu Jaga VOC di Siwarak. Menurut ketua Pokdarwis Lawa Mandiri, mas Tomz Bae, jalur ini lebih save untuk team kami yang didominasi ibu-ibu. Eh ?? Pilihan lainnya adalah berangkat dari Gua Lawa menuju Gardu Pandang dan lalu Puncak Njelir. Namun rute ini konon tanjakannya cukup ekstrem. Satu lagi, jalur baru tengah digagas. Kabarnya cukup memakan waktu 10 menit saja mencapai puncak. Rute khusus nge-trill. " Jadi nantinya pengunjung bisa sewa motor untuk sampai beberapa meter dari puncaknya in...

Menengok Arca Batu "Onje Bukut"

#Latepost. Tak apa kan ? Saya sedang sok sibuk belakangan ini. Sehingga banyak file menumpuk tak terolah. Dan inilah salah satunya. Arca Onje Bukut. • Oleh : Anita W.R • Dua hari saya dan seorang kawan bolak-balik ke desa Onje. Kawan saya ini cukup sering mengagendakan mandi di Kedung Pertelon atau Jojog Telu saat bulan Sura. Dan inipun mempermudah saya untuk langsung menuju ke berbagai lokasi " peliputan " dengan mudah. Ia mengenal medan Onje dengan sangat baik. Karena beberapa titik yang sarat akan kisah sejarah lokal tidak berada di jalan utama Onje. Tak jarang kami harus keluar masuk setapak. Salah satu yang kami kunjungi adalah Arca Bukut. Tercatat sebagai terduga BCB sebagai Situs Batu Arca. Dinamakan arca karena tampak jelas tumpukan 2 batu itu membentuk kepala dan badan yang bersila. Arca ini dikelilingi susunan batu andesit berbentuk bulat setinggi ± 0,5 m. Ditemukan di halaman rumah warga dengan dikelilingi tembok batu dan tetumbuhan. Secara turun...

Batik bukan sekedar titik

Batik. Setiap titiknya adalah tanda tangan sang pembatik. Bahwa satu batik adalah produk satu-satunya dari ribuan motif yang sama. • Oleh : Anita W.R • Dua bulan ini hampir saya tidak lepas dari bermacam hal terkait batik. Pas ndilalah mungkin. Mulai dari mencarikan batik pesanan keluarga, jadi model batik dadakan untuk tesis seorang kawan, hingga ditolaknya ijin off duty 4 hari untuk latihan mbatik . Hal-hal semacam ini menjadikan batik semakin memiliki nilai personal. Ya, karena seperti apa yang saya tuliskan diawal satu titik saja bisa menjadi tanda tangan. " Kami sesama pembatik atau siapapun yang paham akan tahu mana batik misal Sekar Jagad buatan saya dan buatan mas Edi ", kata Yoga Prabowo Tirtamas yang ditemani Edi Mukti Sekarsari di sela-sela pelatihan pengenalan warna sintetis dan teknik ciprat beberapa waktu lalu. Dalam membatik, " isen-isen " motif klasik adalah murni olahan dan luapan rasa dari sang pembatiknya. Sehingga menjadikanny...

PAMUJI DI BUKIT MUJIL

Alhamdulillah, puji dumateng Gusti. Setelah melewati dua bulan yang melelahkan dalam perjalanan hidup yang baru, kesampaian juga untuk posting. Mungkin banyak sekali materi latepost, namun sekiranya sungguh sayang jika hanya dibiarkan mangkrak. Banyak perjalanan yang makin membuat kaya warna hidup saya. Jalan yang berliku, cuaca hujan, penolakan, kamera tak berfungsi, kehabisan bekal,  terdampar sendirian bahkan hingga terserang morbili. Ah, lama tak mengalaminya, membuat kesalahan model ini jadi begitu ngangenin. Kayak kamu, ngangenin # hugu • oleh : Anita Wiryo Rahardjo • Kita akan mulai dari perjalanan ke sisi utara Purbalingga. ................. .............. ........... ....... Aura tenang langsung menyergap begitu kaki menapaki tanah basah dihadapan. Waktu itu, hujan memang masih sesekali mengguyur. Sedikit terasa licin karena salah alas kaki. Namun kelincahan Mbak-mbak pemandu didepan, memicu saya untuk tidak menyerah. Padahal  flat shoes mere...