Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2013

BEREBUT GUNUNGAN DI SEBUAH PERAYAAN

Setelah menunggu lama, akhirnya pawai budaya kembali menyegarkan publik Purbalingga yang cukup haus akan hiburan dalam beberapa waktu terakhir. Hari Minggu terakhir tahun 2013 kemarin, masyarakat dari berbagai penjuru bumi Perwira memenuhi kompleks Alun-alun guna menyaksikan pawai budaya dalam rangkaian hari jadi ke-183. Bermacam kesenian yang hanya bisa disaksikan di daerah pinggiran Purbalingga mencoba unjuk gigi meski hanya dalam menit yang sangat terbatas. Sebut saja kesenian Rodat, Ujungan, Angguk, Braen, Aplang, Tari Daeng, atau yang lebih "beredar" ada juga Kuda Kepang (ebeg) serta Begalan. Pasukan Punakawan ini paling banyak dicegat warga untuk berfoto bersama. Selain seni tradisional tersebut, yang tidak kalah dinanti adalah Gunungan. Susunan bermacam hasil bhumi atau jajanan pasar ini memang selalu menarik pada setiap perayaan. Apalagi tahun ini jumlah gunungan lebih banyak dari sebelumnya.  Bahkan beberapa orang mengaku sudah sengaja menyiapkan kantong pla...

JAMASAN, BUKAN SEKEDAR MEMANDIKAN

Jamasan. Inilah salah satu tradisi yang rutin dilakukan pada bulan Sura. Secara literatur jamasan ini berarti memandikan atau membersihkan. Terutama benda pusaka. Apa sebenarnya tujuan dari tradisi ini ? Upacara pembukaan Jamasan Pusaka Tosan Aji JAMASAN TOSAN AJI Halaman Museum Prof. Dr. R. Soegarda Poerbakawatja pagi ini sedikit berbeda. Tenda berwarna merah tampak berdiri di depan gedung. Puluhan pasang mata tertuju pada sekelompok pria berbusana tradisional yang dengan khidmat melakukan serah terima sebilah keris pusaka dengan iringan sulukan yang menghanyutkan. "....Sigra arsa angayahi karyo. Anjamasi pusaka aji. .......", suluk yang ditembangkan sang pranatacara ini membuat suasana jadi semakin hanyut. Acara kemudian dilanjutkan dengan pembersihan sebilah keris tersebut. Ya, seperti inilah gambaran upacara pembukaan prosesi jamasan yang diadakan pada Selasa Kliwon 17 Desember 2013 lalu.  Dengan dijamasnya keris pusaka oleh Kabid Kebudayaan Dinbudparpora Kabupaten Pur...

MAKAM KYAI WILAH DI WILANGAN

Hati-hati jika berniat jalan-jalan ke makam yang dikhususkan pada masa jelang Pemilu seperti sekarang. Alih-alih mendapatkan cerita, yang ada malah disuruh pulang karena kurang persyaratan.  Hehe, ya makam bersejarah, dikhususkan, dikeramatkan atau apalah istilahnya memang kerap didatangi para calon anggota legislatif. Hal ini terjadi ketika saya mendatangi makam Kyai Wilah dan keluarganya beberapa waktu lalu. Beruntung saja, tampang unyu-unyu membuat saya tidak mungkin dikira caleg. Haha. Jadi, meski tanpa membawa uborampe untuk nyekar sepertinya tidak dipermasalahkan. Antara Makam Kyai Wilah dan Makam Mas Ajeng Lanjar LOKASI WISATA SEJARAH Ya, nama makam Kyai Wilah ini sering bermunculan ketika googling dengan kata kunci Sejarah Purbalingga. Tokoh ini juga disebut-sebut sebagai salah satu tokoh Islam yang berpengaruh pada masanya. Makam Kyai Wilah dan keluarganya tidak berada dalam satu lokasi. Namun terpencar, meski masih dalam satu kecamatan. Putrinya yang bernama Mas Ajen...

MASJID AGUNG DARUSSALAM

Selain Alun-alun bunder , Purbalingga juga dikenal dengan Masjid Agung Darussalam yang kini menjadi salah satu landmark nya. Dan bahkan kini telah menjadi salah satu tujuan wisata religi. Keunikan dan kemegahan arsitekturnya mengingatkan kita pada Masjid Nabawi di Madinah. Masjid Agung Darussalam terletak di Jalan Jambu Karang no. 1 Kompleks Alun-alun Purbalingga. Seperti lazimnya di wilayah Jawa, maka masjid terletak di sebelah barat Alun-alun sebagai lambang kebaikan berseberangan dengan Lapas. Masjid ini termasuk salah satu Cagar Budaya yang telah mendapatkan SK Menteri khususnya untuk kategori Bangunan Cagar Budaya. Meski bentuk aslinya banyak berubah, namun beberapa sisa ataupun bagian asli bangunan semisal pondasi masih tetaplah asli yang terbangun sejak tahun 1800-an. Dibangun 1853 Embrio Masjid Agung ini adalah sebuah mushola atau langgar yang sejak awal dibangun di pusat kota pada tanah seluas 5.500 m². Menurut Imam yang juga Ketua Ta'mir Masjid Agung, K.H. Noer Issja...

Monumen Pers Nasional di Solo

Belasan tahun tak mengunjungi Solo membuat saya bingung. Banyak yang berubah. Berhubung urusan pekerjaan membuat saya baru bisa melepas penat jelang jam 17.00, maka pilihan pun hanya bisa jatuh ke Monumen Pers Nasional yang dekat dengan lokasi rapat.  Monumen yang terletak di Jalan Gajah Mada no 29 ini memiliki bentuk bangunan yang unik. Mirip candi. Orang masih banyak yang menyebutnya sebagai Societeit atau Kamar Bola. Dikenal sebagai kamar bola, karena bangunan mirip candi ini pada jaman dahulu sering dipakai oleh orang-orang Belanda bermain bola sodok atau billiard. Cukup mudah menggapai tempat ini. Karena terletak di jalur utama dan berada dekat dengan Keraton Mangkunegaran. Tepatnya diarah barat Keraton dekat tugu perempatan jalan yang dahulu dikenal dengan sebutan bundaran air mancur. Atau seberang Taman Punggawan. Tugu yang terletak di dekat Monumen Taman Punggawan di seberang Monumen SASANA SOEKA Monumen Pers Nasional menempati gedung yang semula bernama Sasana ...