Langsung ke konten utama

Postingan

STANA LANDA, KERKOP-nya PURBALINGGA

Masyarakat setempat terbiasa menyebut tempat ini dengan Kerkop atau Stana Landa. Dan kini selain tetap menjadi kompleks pekuburan khusus Belanda, Kerkop ini juga difungsikan sebagai salah satu hutan kota. Terletak di Jalan S. Parman desa Bancar Purbalingga, makam ini memang tidak terlalu mencolok pandangan. Tembok tinggi di sekelilingnya membuat kompleks ini sedikit tertutupi. "Beda dari 30 tahunan lalu. Kalau pas jalan di setapaknya (sekarang trotoar), begitu nengok langsung ketemu nisan.", kenang Purwa (50) yang sempat bersekolah di seputar Kerkop ini. Kerkop sebenarnya berasal dari kata Kerkhoff. "Kerk itu gereja, hoff artinya istana", ujar salah seorang penulis sejarah di Purbalingga, Triatmo.  Sementara itu berdasarkan bermacam sumber menyebutkan jika Kerk berati gereja dan hoff adalah halaman.Dan sudah menjadi tradisi bagi orang-orang Belanda yang mayoritas Kristen untuk kemudian menguburkan keluarganya yang meninggal di halaman gereja. Sehingga kemudian...

KOTA KUNA part 1 - SD KRISTEN

Kota Tua, Kota Lama ataupun Kota Kuno sebutannya, kerap menarik perhatian para pecinta destinasi wisata sejarah. Selain unsur edukasi, tata bentuk dan ruang bangunan khas peninggalan masa lalu inipun tak luput dari bidikan kamera para fotografer. Serupa itukah kondisi KOTA KUNA di Purbalingga ? Belum banyak orang mengetahui jika Purbalingga memiliki deretan bangunan peninggalan sejarah, khususnya pada masa pendudukan Belanda. Meski paket wisata ke Kota Kuna ini sudah dipublikasikan namun tetap saja belum dapat mengangkat icon Kota Kuna sebagai pilihan wisata di Purbalingga. Bangunan-bangunan ini tersebar cukup rapat mulai dari pusat pemerintahan ke arah timur di desa Bancar. Beberapa bahkan masih menempati fungsinya seperti pada masa awal berdiri. SD KRISTEN Salah satu bangunan yang termasuk daam daftar Kota Kuna adalah SD Kristen Bina Harapan yang terletak di Jalan Jendral Sudirman 119 Purbalingga. Sekolah ini sudah ada sejak 1926. Sekolah Dasar ini pada awalnya bernama Holland Chin...

BEREBUT GUNUNGAN DI SEBUAH PERAYAAN

Setelah menunggu lama, akhirnya pawai budaya kembali menyegarkan publik Purbalingga yang cukup haus akan hiburan dalam beberapa waktu terakhir. Hari Minggu terakhir tahun 2013 kemarin, masyarakat dari berbagai penjuru bumi Perwira memenuhi kompleks Alun-alun guna menyaksikan pawai budaya dalam rangkaian hari jadi ke-183. Bermacam kesenian yang hanya bisa disaksikan di daerah pinggiran Purbalingga mencoba unjuk gigi meski hanya dalam menit yang sangat terbatas. Sebut saja kesenian Rodat, Ujungan, Angguk, Braen, Aplang, Tari Daeng, atau yang lebih "beredar" ada juga Kuda Kepang (ebeg) serta Begalan. Pasukan Punakawan ini paling banyak dicegat warga untuk berfoto bersama. Selain seni tradisional tersebut, yang tidak kalah dinanti adalah Gunungan. Susunan bermacam hasil bhumi atau jajanan pasar ini memang selalu menarik pada setiap perayaan. Apalagi tahun ini jumlah gunungan lebih banyak dari sebelumnya.  Bahkan beberapa orang mengaku sudah sengaja menyiapkan kantong pla...

JAMASAN, BUKAN SEKEDAR MEMANDIKAN

Jamasan. Inilah salah satu tradisi yang rutin dilakukan pada bulan Sura. Secara literatur jamasan ini berarti memandikan atau membersihkan. Terutama benda pusaka. Apa sebenarnya tujuan dari tradisi ini ? Upacara pembukaan Jamasan Pusaka Tosan Aji JAMASAN TOSAN AJI Halaman Museum Prof. Dr. R. Soegarda Poerbakawatja pagi ini sedikit berbeda. Tenda berwarna merah tampak berdiri di depan gedung. Puluhan pasang mata tertuju pada sekelompok pria berbusana tradisional yang dengan khidmat melakukan serah terima sebilah keris pusaka dengan iringan sulukan yang menghanyutkan. "....Sigra arsa angayahi karyo. Anjamasi pusaka aji. .......", suluk yang ditembangkan sang pranatacara ini membuat suasana jadi semakin hanyut. Acara kemudian dilanjutkan dengan pembersihan sebilah keris tersebut. Ya, seperti inilah gambaran upacara pembukaan prosesi jamasan yang diadakan pada Selasa Kliwon 17 Desember 2013 lalu.  Dengan dijamasnya keris pusaka oleh Kabid Kebudayaan Dinbudparpora Kabupaten Pur...

MAKAM KYAI WILAH DI WILANGAN

Hati-hati jika berniat jalan-jalan ke makam yang dikhususkan pada masa jelang Pemilu seperti sekarang. Alih-alih mendapatkan cerita, yang ada malah disuruh pulang karena kurang persyaratan.  Hehe, ya makam bersejarah, dikhususkan, dikeramatkan atau apalah istilahnya memang kerap didatangi para calon anggota legislatif. Hal ini terjadi ketika saya mendatangi makam Kyai Wilah dan keluarganya beberapa waktu lalu. Beruntung saja, tampang unyu-unyu membuat saya tidak mungkin dikira caleg. Haha. Jadi, meski tanpa membawa uborampe untuk nyekar sepertinya tidak dipermasalahkan. Antara Makam Kyai Wilah dan Makam Mas Ajeng Lanjar LOKASI WISATA SEJARAH Ya, nama makam Kyai Wilah ini sering bermunculan ketika googling dengan kata kunci Sejarah Purbalingga. Tokoh ini juga disebut-sebut sebagai salah satu tokoh Islam yang berpengaruh pada masanya. Makam Kyai Wilah dan keluarganya tidak berada dalam satu lokasi. Namun terpencar, meski masih dalam satu kecamatan. Putrinya yang bernama Mas Ajen...