Langsung ke konten utama

Dan sayapun nge-HANG

Ditengah menjamurnya varian kopi di Purbalingga, seorang kawan menawari mencicipi tamarine tea. Lama tak menyesap teh, menjadikan aroma rindu menguap dari seduhannya.

• Oleh : Anita Wiryo Rahardjo •
Foto menu oleh Bangkit Wismo



Tamarine tea, menjadi menu perkenalan saya dengan HangOut Bistro Purbalingga. Tempat makan baru di Purbalingga. Yang bukan hanya menawarkan menu racikan chef pilihan, namun suasana vintage nan hangat. Ah, bisa dibayangkan bukan bagaimana nikmatnya menyeruput teh hangat ini sembari menyimak alunan suara Nona Sari yang mendayu dalam Kisah di Selatan Jakarta ? Belum lagi ada deretan novel lawas semacam ACI yang bisa kita baca sembari menikmati menu-nya. Suka.

• Menu •


Tamarine tea hanya salah satu beverage yang disajikan disini. Yang paling difavoritkan pengunjung adalah Pertalite 149, Coco Smooth, Red Sky, Watermelon Lemonade serta Es Rastafara.



Ini adalah Es Rastafara dan Keset Gurih. Rasta nggak harus merah kuning hijau kan ? Paduan warna-warni yang soft dengan citarasa dominan manis rasanya tepat dinikmati siapapun. Terutama bagi yang enggan coba-coba menu "asing", Es Rastafara ini sepertinya paling mudah diakrabi. Sementara kalau berminat yang sesuatu yang unik dengan rasa berlapis bisa memilih Red Sky.



Diluar itu HangOut Bistro juga menawarkan Bread Bowl, Fire Wings, Simple Sandwich, Noodle Sparta, Pannacota Fruits hingga Keset Gurih. Dan pilihan saya pun jatuh pada Keset Gurih. Sakpiro keset lan gurihe ya ? Kalau nggak nyoba ya mana ngerti. Daaaaannnn............ entah benar atau tidak, ini mirip hash brown yang gurih dan nagih. Cocolan saus sambal atau mayones berwarna pink yang lucu itu bisa jadi pilihan. Asli gurih. Keset-nya ? Yo keset di mulut nek wis entek. Hehehe. Konon Keset ini ada artinya. Entah Kesetiaan, Kentang Setaman (eh ??), atau Kesetanan karena bikin nggak pengen berhenti ngunyah. Haissshhh. Intinya juara, camilan yang satu ini. (Ket : foto kiri - Yellow Submarine ; kanan - Red Sky)



Nah, yang tetiba saja kangen dengan jajanan Eyang tempo dulu, mungkin bisa pesan Charanggesing lho. Asli, saya suka rasanya yang mirip benar Carang Gesing buatan Eyang yang dibungkus daun ini. Di HangOut Bistro, tampilannya memang sudah jauuuuhh modern. Tapi kekhasannya yang legit itu nggak ilang kok.

Dan bagi yang suka pizza, terhitung medio Maret 2016 tersedia varian Arabian Pizza, Meat Lovers Pizza dan Vegetarian Pizza. Banyak yang bilang sih citarasanya kece. Dough pizza-nya tipis, gurih dengan topping yang nggak nanggungin. "Beda dari pizza-pizza yang ada di Purbalingga", kata salah seorang teman. Hmmm, meski nggak terlalu suka menu Italiano ini, mungkin boleh lah kunjungan berikutnya saya coba.

• Fasilitas •




Bistro yang berada di seberang Gereja Kristen Jawa ini tidak hanya menawarkan sudut-sudut santai di lantai bawah. Di atas juga tersedia Dadi Room yang bisa digunakan untuk meeting berkapasitas 10 orang serta wi-fi. Uniknya lagi, ada sebuah ranjang tempo dulu yang biasa jadi salah satu spot buat diskusi "Spik Sana Spik Sini". (Foto diambil dari IG @ayohangout)


HangOut Bistro buka dari pukul 10.00 WIB hingga 22.00 WIB pada Senin - Kamis. Sedangkan pada hari Jumat – Minggu, bistro yang punya eksterior manis bergaya Europe ini buka pukul 11.00 WIB hingga 23.00 WIB.

Untuk menambah kenyamanan Outers (sebutan konsumen HangOut Bistro), juga akan digelar program event musik akustik, stand up comedy dan pentas sastra "Sejenak Sastra".

Yuk, sudah siap nge-hang hari ini ?

*Matur nuwun Om Bangkit Wismo untuk sebagian foto-fotoya 




​​

Komentar

Banyak Dicari

Petilasan Mundingwangi di Makam Wangi

Beberapa tahun silam, seorang sepuh sempat memperingatkan saya untuk tidak dulu memasuki Makam Wangi (Stana Wangi) karena salah hari. Namun kini dengan berstatus desa wisata, saya dapat mengunjungi Makam Wangi kapanpun sekaligus menikmati panorama desa Pagerandong, kecamatan Kaligondang. • oleh : Anita Wiryo Rahardjo • Agenda Sesaji Larung Gintung kembali membawa saya ke Makam Wangi. Banyak hal berubah setelah sekian tahun. Dulu, kami tidak disarankan mengendarai sepeda motor sampai di depan Makam Wangi karena jalanan yang ekstrem dan masih berupa kerikil tajam. Sekarang ? Mobil pun dapat melaju lancar. Namun tetap harus hati-hati. Kontur jalannya memang naik turun dan berkelok. • Di   dalam hutan • Dari kejauhan, tampak satu lahan seolah terpisah. Perbukitan. Rimbun ditanami pepohonan dan bambu. Inilah Makam Wangi. Lahan sekira 3 hektar ini tepat berada di tepi Sungai Gintung. Selain beragam bambu, kita dapat menemukan banyak jenis tumbuhan buah. Salah...

TRADISI WISUHAN

Daur hidup manusia tak lepas dari rangkaian adat istiadat. Saat memasuki 40 hari, dilaksanakanlah tradisi Wisuh atau Wisuhan. • oleh : Anita Wiryo Rahardjo • Pagi itu seorang pria pensiunan Polantas sibuk mencari anak-anak kecil. Minggu pagi memang tak mudah mencari para bocah di rumah. Mereka sedang asyik jalan-jalan bersama keluarga tentunya. Beruntung ada tiga bocah kelas 1 SD yang baru bangun keluar rumah dan kemudian dimintalah mereka bersiap memperebutkan uang. Ketiganya hanya mantuk-mantuk bingung. Mereka tak tahu bahwa mereka tengah dilibatkan dalam tradisi Wisuh. • Cukur rambut • Didalam rumah, seorang bayi mungil sedang dicukur bergantian oleh dukun bayi dan pihak keluarga. Dalam kebiasaan lain, saat seperti ini juga sambil dibacakan shalawat. Namun tidak hari itu. Pemandangan ini berbeda dengan yang pernah dilakoni saudara sepupu saya. Menjelang hari ke-40 (bisa dimulai dari hari ke-35 atau selapan dina), dukun bayi yang biasa mengurus ia dan puteri kecilnya secara khus...