Langsung ke konten utama

Dapat Sawah Melalui Dengklek

Spontan, remaja-remaja itu menyebut masa kecil saya kurang bahagia. (Oleh : Anita W.R.)

Bentuk lingkaran dengan 8 garis yang membaginya membuat saya pusing. Permainan macam apa ini ? "Kiye sunda manda payung, Mbak....", koor mereka. Tak berapa lama mereka bergerak dengan lincah petak demi petak dalam lingkaran itu. Tentu saja tidak boleh menginjak yang ada gaco-nya. Gaco diambil dari kata gacuk yang berarti pecahan genteng. Di wilayah mBanyumas kami menyebutnya kreweng. Namun kini, seiring perkembangan jaman, pecahan keramik pun mereka sebut gaco. Yang penting bisa untuk permainan.

Gelak tawa mengiringi sekelompok remaja yang memang saya dapuk memainkan permainan tradisional. Sebagian besar menyebut, kerap memainkan sunda manda hingga kini. Uniknya, setiap anak memiliki nama dan bentuk sunda manda yang berbeda. "Nembe sedela deneng wis kencot ya?", ujar seorang dari mereka. Ya, selain lapar, saya dibuat pusing kemana harus melangkah. Karena sunda manda payung, uwong, lemari itu beda caranya dari dengklek anda yang saya mainkan saat kecil.

Eits, jangan bingung. Sunda manda ini ya sama dengan dengklek atau engklek. Bergerak dengan satu kaki di tekuk kebelakang pada petak yang telah ditentukan. Beberapa tulisan memperkirakan kata sunda manda berasal dari bahasa Belanda zondaag mandaag.

Dengklek Anda

Mereka menggoda saya lantaran hanya jenis ini yang saya kenal. Katanya, ini adalah dengklek termudah. Iya, iya, iya *tersungut-sungut

Pemain akan melempar gaconya ke petak 1 untuk permulaan. Pemenang berjalan dengklek terlebih dulu dengan melewati petak 1 yang juga berisi gaco yang lain. Dengklek dilakukan sampai petak 6. Keluar dari petak 6 pemain bisa bebas sejenak. Dan berbalik berurutan menuju petak 2 untuk mengambil gaconya. (Mu)Nggah Siji selesai. Asal tidak menabrak garis dan tetap dengklek. Permainan dilanjutkan dengan melempar ke petak 2 dan seterusnya hingga nggah enem berakhir.

Saat salah melempar gaco atau menabrak garis maka pemain akan masang. Dimana pemain tersebut kehilangan haknya di sessi itu. Karena urutan bermain berlaku pada setiap level kenaikan. Namun ada pula yang memberlakukan pergantian pemain saat ada yang masang.

Lalu apa jadinya ketika beberapa petak, sebut saja empat petak berurutan terisi gaco semua ? Bagaimana melompatinya, sementara kita bukan Power Ranger. Bisa minta dispensasi kok. Berupa tangga dibagian luar antara 4 petak. Paling senang adalah ketika saya berhasil sampai nggah bintang. Karena setelah itu bisa dapat sawah. Yeah !

Sunda Manda Uwong.

Bentuknya mirip perempuan. Ada kepala, tangan, badan, rok dan kaki. Permainnya serupa dengan dengklek anda, namun ada petak dimana ada bagian kedua kaki secara bersamaan harus berada didalamnya. Tepatnya pada bagian rok.

Sunda Manda Lemari

Ada 8 petak yang dibagi dalam 2 deret. Sebagian menyebutnya sebagai geser. Serupa dengan dengklek anda sih, namun ada yang disebut dengan nggah breg pada petak 5. Breg ini posisi dimana pemain boleh beristirahat sejenak dari dengklek.

Bedanya, ada 4 tahap putaran dalam geser ini. Setelah melewati putaran pertama barulah pemain bisa bersunda manda lemari ini dengan memejamkan mata. Inilah nggah Merem. Dilanjutkan Eklung atau oyong dimana gaco diletakkan dipunggung kaki yang tidak menginjak tanah, dan Cawuk menangkap lemparan gaco seusai eklung. Terakhir bersiaplah untuk memilih sawah mana yang ingin dimiliki.

Sunda Manda Payung

Kita tidak dengklek begitu saja untuk mengitari lingkaran. Dua kaki akan berada pada petak bersebelahan, anggap saja namanya breg. Lalu kaki kanan beralih dengklek ke petak di kaki kiri dan dilanjutkan dengan melompat breg ke sisi kanan. Hati-hati tersandung kaki sendiri ya.

Berakhir di sawah

Sawah adalah istilah untuk petak yang berhasil dimiliki pemain. Ini terjadi jika seluruh putaran telah dilewati. Pemain melemparkan gaco dengan membelakangi petak. Petak mendaratnya gaco akan menjadi sawah atau tanah pemain tersebut. Setelah semua petak menjadi sawah, maka permainan berakhir.

Permainan ini tak hanya mengajarkan kita bersosialisasi. Strategi juga diperlukan agar kita tidak dilibas lawan yang berpotensi memonopoli sawah. Bahkan beberapa kawan menyebut permainan dengklek mengajarkan tolong menolong. Ini tercermin dari tangga bantuan saat banyak petak berurutan terisi gaco. "Kalau ada pemain yang belum dapet sawah sama sekali, yang paling banyak sawahnya juga harus mau memberikan 1 petak", kata kawan saya ini.


Hmmmm, yuk tinggalkan sejenak gadget kita dan lemparkan gaco untuk mendapatkan sawah.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

BATIK PURBALINGGA DIMULAI DARI ERA NAJENDRA

Sore yang terbalut hujan. Seketika nama udan liris mampir di pikiran. Eh, lalu bagaimana dengan truntum, kawung, lumbon, sekar jagad atau bahkan cebong kumpul ? Semarga kan ? (Oleh : Anita W.R.) Pertanyaan itu kian menggelitik setelah pertemuan pertama saya dengan seseorang ini terjadi pada Desember 2013. Satu kalimat yang saya ingat darinya adalah " Batik Purbalingga itu sudah punya khas sejak awal ". Antara takjub, bingung dan tidak mudheng , rangkaian penasaran itu saya endapkan hingga menuju 2 tahun. Ya, bicara Batik, banyak informasi, artikel sampai literatur yang membahasnya. Namun batik Purbalingga, hanya sekelumit yang saya ketahui. Padahal saya ada di kota ini sejak lahir dan tinggal dikelilingi beberapa pembatik sepuh. Memori saya pada bagian ini sepertinya tidak terlalu baik, sampai-sampai sulit membacanya. Tapi kalau boleh, ijinkan saya menyebut nama mereka satu per satu. Eyang Din, Mbah Sastro, dan Mbaeh Nana adalah nama-nama pembatik sepuh yang...

Petilasan Mundingwangi di Makam Wangi

Beberapa tahun silam, seorang sepuh sempat memperingatkan saya untuk tidak dulu memasuki Makam Wangi (Stana Wangi) karena salah hari. Namun kini dengan berstatus desa wisata, saya dapat mengunjungi Makam Wangi kapanpun sekaligus menikmati panorama desa Pagerandong, kecamatan Kaligondang. • oleh : Anita Wiryo Rahardjo • Agenda Sesaji Larung Gintung kembali membawa saya ke Makam Wangi. Banyak hal berubah setelah sekian tahun. Dulu, kami tidak disarankan mengendarai sepeda motor sampai di depan Makam Wangi karena jalanan yang ekstrem dan masih berupa kerikil tajam. Sekarang ? Mobil pun dapat melaju lancar. Namun tetap harus hati-hati. Kontur jalannya memang naik turun dan berkelok. • Di   dalam hutan • Dari kejauhan, tampak satu lahan seolah terpisah. Perbukitan. Rimbun ditanami pepohonan dan bambu. Inilah Makam Wangi. Lahan sekira 3 hektar ini tepat berada di tepi Sungai Gintung. Selain beragam bambu, kita dapat menemukan banyak jenis tumbuhan buah. Salah...

Brambang Jae dan Larangan Pementasan Wayang Kulit

Nama petilasan ini adalah Brambang Jahe. Nama yang unik ya? Cukup menggelitik tanya di benak, apakah di petilasan ini terdapat pohon bawang merah dan pohon jahe. Yang tentu saja jawabannya adalah tidak. Petilasan brambang Jahe ini sudah masuk dalam daftar inventaris Benda Cagar Budaya (BCB) kategori bangunan makam. Meski nilai sejarahnya masih dipertanyakan, namun kecenderungan masyarakat menyakralkan tempat ini dan juga folklore yang terus hidup menjadikan Brambang Jahe sebagai salah satu petilasan yang diistimewakan. Masyarakat setempat mengenalnya sebagai kuburan Brambang Jahe. Brambang Jahe terletak di Kelurahan Purbalingga Kidul, tepatnya di utara Stadion Guntur Darjono Purbalingga. Dahulu, makam ini terdapat di tengah persawahan. Tidak ada seorangpun yang berani membongkarnya. Bahkan sampai ketika tempat tersebut disulap menjadi stadion skala nasional pun, Brambang Jahe tetap ada. Dan untuk melindunginya dari tangan-tangan jahil, dibangunlah pagar keliling pada ma...