Masyarakat
setempat terbiasa menyebut tempat ini sebagai Panembahan Drona. Eh, Drona ?
Guru Pandawa dan Kurawa ? Haha, pasti langsung terbayang sebuah serial
Mahabharat 2013 yang sedang marak diperbincangkan itu ya. Entah bagaimana
awalnya, namun yang pasti sebuah situs benda cagar budaya di dusun Bokol, desa
Kedung Benda, Kecamatan Kemangkon Purbalingga ini memang dikenal dengan sebutan
lain "Panembahan Drona". Lalu apa yang bisa ditemukan di Panembahan
Drona ?
Pertama
kali mengunjungi Panembahan Drona pada 2012 lalu, saya sempat bertemu 2
mahasiswi yang berencana melihat benda cagar budaya ini. Namun mereka urung
dengan alasan tak diperkenankan melihat bagi perempuan yang tengah datang
bulan. Benar tidaknya, saya malah lupa menanyakan hal ini pada warga sekitar.
Hehe, lupa atau sengaja nggak nanya ya ?
Yang
jelas, pada saat perayaan Suraan bermacam sesaji lengkap diletakkan di
Panembahan ini. Bahkan tak jarang warga sekitar antre mengambil air yang
berasal dari yoni (serupa lumpang batu) untuk "hajat" khusus. Saya ?
Yaaaa, mumpung sama juru kuncinya Pak Kartawiredja saya ditawarin cuci muka ya hayuk
saja. Lha wong hawanya panas juga kok. Lumayan khan daripada
mengorbankan air mineral untuk cuci muka. Hehehehe. Tapi bagi yang mempercayai,
air dari yoni ini masihlah memiliki tuahnya tersendiri.
Sementara
itu, lingga yang ada disana memiliki
ukuran yang cukup besar. Diperkirakan dari batu andesit yang berbentuk lonjong
dengan panjang keseluruhan 85cm, lebar 30cm dan 22cm. Pada badannya seperti
terlihat guratan menyerupai huruf W yang cukup besar. Konon, bagi siapapun yang sanggup
membopongnya, akan dimudahkan apa yang menjadi keinginannya. tapi gemana
mau ngangkat coba, melihatnya saja sudah terasa beratnya kok. Mau coba ?
foto oleh Ghani
Nah,
sementara itu terkait nama lokalnya yaitu Panembahan Drona, masyarakat setempat
mempercayai bahwa tempat ini berkaitan dengan kisah Pandawa dan Kurawa dalam
lakon sayembara membuat bengawan, trok..tok..tok..tok.
Sekedar ilustrasi kok,... hehehe
Cerita
ini memang memiliki kaitan dengan legenda terbentuknya Congot, lokasi pertemuan
Sungai Klawing dan Serayu yang terletak tidak jauh dari Panembahan Drona.
Sayembara membuat sungai yang sampai ke laut ini diikuti oleh rival sejati
Pandawa dan Kurawa. Diceritakan jika Kurawa mengawali membuat sungai dari kaki
Gunung Slamet, sedangkan Pandawa membuatnya dari kaki Gunung Dieng. Peraturannya
adalah siapa yang unggul menyelesaikan bengawan lebih dulu, bisa memenggal
leher salah satu dari yang kalah. Namun sebelum sayembara dimulai, para
Pengeran ini sempat berpesta minuman terlebih dulu yang berakibat empat Pandawa
terlelap. Melihat musuhnya tak berdaya, Kurawa memulai membuat bengawan
terlebih dahulu. Beruntung Bima tidak larut dalam pesta dan hal ini membuatnya
masih tersadar. Paginya, saat empat
saudaranya masih belum sadar, Bima dikagetkan pada kenyataan bahwa bengawan
yang dibuat Kurawa sudah cukup jauh. Tanpa pikir panjang, dibangunkannya
Srikandi untuk berlari di depan Bima tanpa busana. Terpana pada keindahan
Srikandhi, membuat Bima ekstra semangat dalam membuat bengawan dengan senjata
gadanya. Dengan cepat sungai buatannya pun telah sampai di laut. Lalu bagaimana
dengan Kurawa ?
Kurawa
merasa kaget ketika menyadari sungai yang dibuatnya ternyata bertemu atau
tempur dengan sungai yang dibuat Bima di Kedung Benda. Dan inilah yang kemudian
disebut dengan Congot. Tempuran sungai dengan kolaborasi warna indah yang bisa
disaksikan saat musim kemarau. Nah, dengan berhasilnya Bima, maka secara
otomatis kemenangan ada pada Pandawa. Meskipun sebelumnya Kurawa masih saja ngeyel.
Kemenangan ini membuat Guru Drona menyerahkan lehernya untuk dipenggal Pandawa.
Tapi ketika akan memenggalnya, Bima merasa sungkan karena bagaimanapun Drona
adalah guru yang sangat dihormati adiknya, Arjuna. Sebagai gantinya, Bima
memutuskan untuk memenggal lingga Drona dan menguburnya pada dekat pertemuan
sungai ini. Banyak dipercaya jika potongan bagian tubuh itu kemudian mengeras
menjadi batu dan berpindah ke Panembahan Drona sekarang ini. Itulah mengapa
sebagian orang menyebut kawasan situs Kedung Benda ini dengan sebutan
Panembahan Drona.
Komentar
Posting Komentar