Langsung ke konten utama

Bangjo, Pelopor Jajanan Impor di Purbalingga

Apa jadinya yach ketika jajanan rakyat Mancanegara disandingkan dengan es buah tropis ? Sriiiuuup, yang pasti sih nikmat plus segar. Dan sensasi inilah yang bisa kita peroleh saat menikmati sajian a la Bangjo Caffe.



BERMULA DARI TAKOYAKI

Pada dasarnya saya ini bukan penggemar jajanan impor. Tapi rasa penasaran pada takoyaki membawa saya pada gerobak khas berwarna merah milik Bangjo Caffe (saat itu masih bernama Food Corner) yang berlokasi di perempatan Banteng Purbalingga Kidul. Tidak jauh dari Alun-alun.


Nah, sore itu (sekitar tahun 2011) seorang teman menawari saya sebuah menu baru yang sedang tren. Takoyaki. 

Dan benar saja demi mendapat seporsi takoyaki isi empat saya harus rela ngantre bareng ABG-ABG yang baru pulang ekskul. Pilihan saya saat itu adalah takoyaki isi daging sapi, mesku sebenarnya penasaran juga dengan isi gurita seperti aslinya.


Gigitan pertama membuat saya sedikit terkejut. Saya pikir dibalik kulit kuning kecoklatannya, bola-bola khas Osaka ini akan terasa berat. Namun justru sesuatu yang empuk dengan paduan citarasa gurih manis asam dan pedas langsung lumer dalam mulut. Makleb.... satu takoyaki satu gigitan pun tak terhindarkan....

Dengan banyaknya pelanggan Food Corner pun akhirnya membuat tempat untuk makan. Menu takoyaki dan kebab pun menjadi andalan sampai hampir dua tahun. Baru deh jelang Ramadhan 2013 kemarin, mereka menambah varian menu baru dan mengonsep tempatnya menjadi caffe yang asyik buat kongkow. 

Didominasi cat berwarna merah-kuning-hijau, aktivitas nongkrong jadi makin cerah ceria. Apalagi tersedia hotspot area juga. Tak hanya itu, nama Food Corner pun tak lama kemudian berubah menjadi Bangjo Caffe. Alasannya ? Karena dekat traffic light ya. Kami terbiasa menyebut traffic light dengan lampu bangjo. Abang ijo. 

MENU WESTERN MIX LOKAL

Dengan nama Bangjo Caffe menu yang disajikan pun makin beragam. Lidah saya pun jadi punya kenalan rasa baru lagi. Mulai dari roti maryam atau roti canai yang sangat terkenal bagi orang-orang Asia Selatan dan Melayu, pizza dan spaghetti yang khas Italiano, ricebowl yang super oriental, zuppa soup yang manis gurih lembut dibalik pastrynya, sampai steak yang sudah go internasional. Dan tentu saja penganan khas Osaka Jepang, takoyaki dan kebab yang sangat digemari di Timur Tengah masih tersedia juga. 



Menu memang serba impor tapi sudah tetap disesuaikan dengan lidah kita juga kok. Dan buat yang memang tetep nggak bakal merasa kenyang kalau belum makan nasi, sekarang bisa bernafas lega. Selain ricebowl, bulan ini pun mereka akan menghadirkan menu asli Indonesia yaitu Nasi Timbel. Paduan nasi kukus bungkus daun pisang, ayam goreng laos, tahu & tempe goreng, sayur asem serta sambal yang nendang bikin sayang untuk nyudahin makan.

Es Timun Nata De Coco inipun ternyata jadi favorit saat presskon Festival Film Purbalingga 2014

Minumnya ? Yang paling spesial adalah es mentimun. Paduan mentimun serut plus nata de'coco membuat perut jadi adem usai makan yang pedas. Gemana ? Mau cobain menu impor juga saat main ke Purbalingga ?

Komentar

Banyak Dicari

PUTRI AYU LIMBASARI, SYECH GANDIWASI DAN PATRAWISA

Selalu saja ada yang menarik ketika berkunjung ke Limbasari. Desa ini terletak sekira 15 km dari pusat kota Purbalingga. Terletak di Kecamatan Bobotsari, Limbasari menyimpan banyak kekayaan. Mulai dari potensi temuan peninggalan neolitikum, wisata alam Patrawisa sampai legenda Putri Ayu Limbasari. Nah, untuk melepas lelah sepertinya berwisata akhir pekan ke Patrawisa bisa menjadi pilihan. Terletak di lembah Gunung Tukung dan Gunung Pelana, menjadikan pesona kecantikan alam Patrawisa mampu memikat seseorang untuk datang lagi dan lagi.  Untuk menuju bendungan Patrawisa hanya dibutuhkan waktu sekira 30 menit berjalan kaki sejauh 1,7 km. Ya, Patrawisa adalah bendungan atau dam yang membendung pertempuran Sungai Tuntung Gunung dan Sungai Wlingi. Tidak hanya itu, air terjun mini serta sendang-sendang jernih semakin menyegarkan sesampainya di lokasi. Lalu siapakah Patrawisa sehingga namanya diabadikan untuk tempat indah ini? Patrawisa adalah nama salah seorang cantrik Syech Gandiwas...

NYUWUN AGUNGING PANGAKSAMI

Satu hal yang saya tunggu-tunggu dari Lebaran adalah “SUNGKEMAN”. Yes, selain plong karena (pada akhirnya) mampu juga mengungkapkan segala perasaan bersalah pada orangtua, rasa dag-dig-dug belibet salah ngomong pun pasti menghampiri. Di keluarga inti, usai melaksanakan Sholat Ied, maka sungkeman perlu dilaksanakan sebelum sarapan menu Lebaran & bersilaturahmi ke tetangga. Yang seru adalah kami harus menggunakan bahasa Jawa krama. Yeah. Jadilah sejak semalam sebelumnya kami kerap menghapal terlebih dahulu naskah sungkeman dari masa ke masa. Hahaha. Seperti ini : “Bapak / Ibu’/ Embah, kulo ngaturaken sembah sungkem, sedoyo lepat nyuwun agunging pangapunten”. Hihihi, meski sudah merupakan mantra menahun, namun bagi sebagian keluarga yang (mayoritas) tinggal di luar JaTeng hal ini sangatlah merepotkan. So, mereka akan sungkeman dengan berkata “$#^&**&*&^%^^%^$#....pangapunten”. Wuiih,.. apa ya afdol ? Hehe. Makanya, sangat tidak mengherankan jika setiap Lebaran selain sun...