Langsung ke konten utama

STANA LANDA, KERKOP-nya PURBALINGGA

Masyarakat setempat terbiasa menyebut tempat ini dengan Kerkop atau Stana Landa. Dan kini selain tetap menjadi kompleks pekuburan khusus Belanda, Kerkop ini juga difungsikan sebagai salah satu hutan kota.

Oleh : Anita Wiryo Rahardjo


Terletak di Jalan S. Parman desa Bancar Purbalingga, makam ini memang tidak terlalu mencolok pandangan. Tembok tinggi di sekelilingnya membuat kompleks ini sedikit tertutupi. "Beda dari 30 tahunan lalu. Kalau pas jalan di setapaknya (sekarang trotoar), begitu nengok langsung ketemu nisan.", kenang Purwa (50) yang sempat bersekolah di seputar Kerkop ini.

Kerkop sebenarnya berasal dari kata Kerkhoff. "Kerk itu gereja, hoff artinya istana", ujar salah seorang penulis sejarah di Purbalingga, Triatmo. 

Sementara itu berdasarkan bermacam sumber menyebutkan jika Kerk berati gereja dan hoff adalah halaman.Dan sudah menjadi tradisi bagi orang-orang Belanda yang mayoritas Kristen untuk kemudian menguburkan keluarganya yang meninggal di halaman gereja. Sehingga kemudian kerkhoff dikenal sebagai pekuburan. Lalu siapakah yang dikuburkan di kerkhoff Purbalingga ini? Apakah para serdadu Belanda yang meninggal disini?

KUBURAN PEGAWAI

Beberapa bulan yang lalu, saya dan beberapa teman sengaja mengunjungi tempat ini. Kami mendapati sejumlah bangunan permanen dengan bentuk bermacam. Satu dua tulisan di bangunan-bangunan tersebut masih dapat terbaca jelas.


Salah seorang pecinta sejarah asal Purwokerto, Karsiyah sempat memposting hasil penelusurannya melalui blog pribadinya. Bahkan informasi siapa-siapa saja yang dikuburkan di tempat ini sebagin berhasil diperolehnya. 

Diantaranya : kuburan Caroline Van Haak. Perempuan ini dilahirkan di Malang Jawa Timur pada 20 Juni 1821 dan meninggal di Purbalingga pada 24 November 1894. Caroline adlah istri dr. Gerrit Jan Koot, seorang pensiunan dokter di Surbaya. Namun sang dokter meninggal di Delft Belanda pada 1865. Setelah kejadian itu, Caroline memilih kembali ke Indonesia dan meninggal di Purbalingga.


Selanjutnya adalah kuburan Hendrika Burgmans. Tertulis di marmer dengan H. Burgmans. Apakah pria ini seorang tentara ? Dari sebuah document tertanggal 1 April 1907 menyatakan jika Hendrika Burgmans adalah seorang administrator pabrik tembakau di Purbalingga. Dia meninggal pada 19 Agustus 1915. (info lengkap monggo buka saja karsiyah.blogspot.com)

Selain mereka, ada juga bangunan makam milik Ny. C. van den Berg, Ny. M. Vaan Slef, John Engel, Tn. Th. Lafontaine, C. Lafontaine, Tn. Frans Jacobus Gerordeus - Meijer, Wilhelmine Hoff, Charles Henry_TII2 Verploech, The Singh, A.J Vincent, Adriana Burgmans, Tn. Joseph Tan Tjwan Ling, dsb.


R.I.P (rest In Peace) menjadi salah satu tulisan di sisi depan kuburan M. Vaan Slef.


Wilhelmine Hoff meninggal pada usia 1 tahun. Bangunan ini kerap disebut juga dengan kuburan lilin oleh masyarakat setempat.

Dari sebagian data ini terdapat makam anak-anak dan wanita. Dan kemungkinan kerkhoff Purbalingga berisi jasad tentara Belanda menjadi semakin tipis. Lalu siapa sajakah orang-orang Belanda yang dikuburkan disini ?

Triatmo mengungkapkan mereka yang dikuburkan disini adalah para pegawai pabrik gula Bodjong ataupun pegawai Belanda lainnya yang menetap di Purbalingga. Dan tidak terdapat kuburan tentara di kerkhoff ini.



Menurut Kasi Jarahmuskala Dinbudparpora Purbalingga, kerkhoff sebelumnya masih aktif difungsikan. Ini dilakukan sebelum dibuatkan areal pekuburan khusus Nasrani. Lalu apa ya makna angka yang terdapat di bangunan kuburan ini? Rien sendiri masih belum dapat memastikan jika angka-angka tersebut menunjukkan jumlah kuburan yang ada.

HUTAN KOTA

Kini lahan seluas 3.810 meter persegi ini juga dimanfaatkan sebagai hutan kota. Bagaimana pengelolaannya? Rien mengungkapkan jika makam-makan tersebut masih berada dibawah perlindungan Dinbudparpora dan hutan kotanya dibawah pengawasan Badan Lingkungan Hidup. Memang, melalui SK Bupati bernomor 660.1/191 tahun 2011 Kerkop Purbalingga difungsikan sebagai Hutan Kota dengan bermacam tumbuhan seperti Albasia, Mahoni, Flamboyan, dsb. Mengapa kemudian pekuburan bersejarah ini juga dijadikan sebagai hutan kota ?

Nisan Claodine van Haak diperkirakan yang tertua. meninggal pada 1865

"Sebenarnya sejak awal sudah banyak pohon gedenya ya Mba. Dengan jadi hutan kota malah jadi lebih rapi dan aman kok", terang Rien. Memang aura seram tak lagi mendominasi kompleks kuburan tua ini. Bahkan para pencari burung kerap bolak-balik di tempat ini. Itulah mengapa terkadang disini kita menemukan sangkar-sangkar tergantung di pepohonan yang ada. Sayangnya, meski berada dalam pengawasan dua dinas sekaligus, Kerkop Purbalingga masih belum dapat disebut rapi sepenuhnya.

Komentar

  1. menarik.... teruslah menulis... :)

    BalasHapus
  2. Terimakasih. Infonya Sangat membantu dalam mapel sejarah indonesia��

    BalasHapus

Posting Komentar

Banyak Dicari

Petilasan Mundingwangi di Makam Wangi

Beberapa tahun silam, seorang sepuh sempat memperingatkan saya untuk tidak dulu memasuki Makam Wangi (Stana Wangi) karena salah hari. Namun kini dengan berstatus desa wisata, saya dapat mengunjungi Makam Wangi kapanpun sekaligus menikmati panorama desa Pagerandong, kecamatan Kaligondang. • oleh : Anita Wiryo Rahardjo • Agenda Sesaji Larung Gintung kembali membawa saya ke Makam Wangi. Banyak hal berubah setelah sekian tahun. Dulu, kami tidak disarankan mengendarai sepeda motor sampai di depan Makam Wangi karena jalanan yang ekstrem dan masih berupa kerikil tajam. Sekarang ? Mobil pun dapat melaju lancar. Namun tetap harus hati-hati. Kontur jalannya memang naik turun dan berkelok. • Di   dalam hutan • Dari kejauhan, tampak satu lahan seolah terpisah. Perbukitan. Rimbun ditanami pepohonan dan bambu. Inilah Makam Wangi. Lahan sekira 3 hektar ini tepat berada di tepi Sungai Gintung. Selain beragam bambu, kita dapat menemukan banyak jenis tumbuhan buah. Salah...

TRADISI WISUHAN

Daur hidup manusia tak lepas dari rangkaian adat istiadat. Saat memasuki 40 hari, dilaksanakanlah tradisi Wisuh atau Wisuhan. • oleh : Anita Wiryo Rahardjo • Pagi itu seorang pria pensiunan Polantas sibuk mencari anak-anak kecil. Minggu pagi memang tak mudah mencari para bocah di rumah. Mereka sedang asyik jalan-jalan bersama keluarga tentunya. Beruntung ada tiga bocah kelas 1 SD yang baru bangun keluar rumah dan kemudian dimintalah mereka bersiap memperebutkan uang. Ketiganya hanya mantuk-mantuk bingung. Mereka tak tahu bahwa mereka tengah dilibatkan dalam tradisi Wisuh. • Cukur rambut • Didalam rumah, seorang bayi mungil sedang dicukur bergantian oleh dukun bayi dan pihak keluarga. Dalam kebiasaan lain, saat seperti ini juga sambil dibacakan shalawat. Namun tidak hari itu. Pemandangan ini berbeda dengan yang pernah dilakoni saudara sepupu saya. Menjelang hari ke-40 (bisa dimulai dari hari ke-35 atau selapan dina), dukun bayi yang biasa mengurus ia dan puteri kecilnya secara khus...