Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2013

MBAH SUGINI, JUALAN CINCAU SEJAK 1964

Pagi itu saya janjian dengan salah seorang teman yang tengah merekomendasikan kuliner kaki lima yang segar dan nikmat. "Jangan kesiangan ya, tar keabisan", bunyi sms teman saya ini. Dan jam sembilan pagi pun kami meluncur ke lokasi. Perempatan Bancar pagi itu sudah cukup padat. Selain memang lalu lintas yang terbiasa ramai, beberapa orangpun tampak bergerombol di trotoar. Seorang wanita sepuh tampak cekatan meracik cincau dengan santan, air gula dan es batu dalam gelas - gelas yang sudah berjajar rapi. "Monggo Mba", sapanya ramah sembari terus meracik es cincau pesanan orang. Wanita murah senyum ini adalah Mbah Sugini (73) yang mengaku berjualn es cincau sejak 1964. "Dulu tahun 1964 saya jualan cincau di GMIT (pabrik tembakau tinggalan kolonial). Terus tahun 1967 pindah jualan di pabrik Bojong (pabrik penggilingan padi) yang sekarang jadi taman Bojong. barulah pada 1973 saya jualan di sini (perempatan Bancar) sampai sekarang", kenangnya dalam bahasa J...

PUTRI AYU LIMBASARI, SYECH GANDIWASI DAN PATRAWISA

Selalu saja ada yang menarik ketika berkunjung ke Limbasari. Desa ini terletak sekira 15 km dari pusat kota Purbalingga. Terletak di Kecamatan Bobotsari, Limbasari menyimpan banyak kekayaan. Mulai dari potensi temuan peninggalan neolitikum, wisata alam Patrawisa sampai legenda Putri Ayu Limbasari. Nah, untuk melepas lelah sepertinya berwisata akhir pekan ke Patrawisa bisa menjadi pilihan. Terletak di lembah Gunung Tukung dan Gunung Pelana, menjadikan pesona kecantikan alam Patrawisa mampu memikat seseorang untuk datang lagi dan lagi.  Untuk menuju bendungan Patrawisa hanya dibutuhkan waktu sekira 30 menit berjalan kaki sejauh 1,7 km. Ya, Patrawisa adalah bendungan atau dam yang membendung pertempuran Sungai Tuntung Gunung dan Sungai Wlingi. Tidak hanya itu, air terjun mini serta sendang-sendang jernih semakin menyegarkan sesampainya di lokasi. Lalu siapakah Patrawisa sehingga namanya diabadikan untuk tempat indah ini? Patrawisa adalah nama salah seorang cantrik Syech Gandiwas...

JALAN-JALAN KE PETILASAN ARDI LAWET

Ardi Lawet merupakan salah satu nama yang cukup familiar, minimal di Purbalingga, Jawa Tengah. Beberapa badan usaha menggunakan nama tempat yang masih disakralkan ini. Seperti apa serunya perjalanan kesana ? RUTE Petilasan Ardi Lawet terletak di Panusupan, Kecamatan Rembang. Ada dua pilihan rute untuk menuju lokasi. Pertama : berangkat dari kota Purbalingga - Kaligondang - Rembang - Rajawana - Panusupan atau rute yang lain adalah melalui Bobotsari - Karang Anyar - Rajawana - Panusupan. Pilihan berangkat dari rute pertama lebih banyak dipilih karena lebih mudah. Sementara untuk perjalan pulang kita bisa memilih rute kedua. Setelah sampai di Panusupan, pengunjung bisa menuju kediaman Mulyono (mantan Sekdes) untuk transit awal. Di tempat inilah kita bisa mendapatkan informasi mengenai sejarah Syech Jambu Karang dan juga meminta bantuan guide untuk menuju puncak.  Mulyono yang juga dikenal dengan julukan carike ini adalah salah seorang sesepuh yang kerap mengantar peziarah ataupun ta...

RUMAH KELUARGA MO YONG DI GANG MAYONG

Seperti kita ketahui bersama, Belanda bisa dibilang hampir menduduki seluruh Nusantara. Begitu pula dengan Poerbolinggo .  Di kota ini beberapa bangunan peninggalan kolonial berusia seabad masih tampak kokoh berdiri. Sebagian ada yang milik Pemerintah Kabupaten, namun tidak sedikit pula yang hak milik pribadi. Seperti ex- markas tentara Belanda di Gang Mayong Purbalingga ini. Tepatnya di RT 3 RW 3 no. 6 Purbalingga Lor. DI PUSAT KOTA Terletak di pusat kota dan strategis, saat ini bangunan tampak tak berpenghuni. Namun menurut beberapa orang berusia 70 tahuan yang saya temui, bangunan ini pernah difungsikan sebagai gudang penyimpanan alat fogging malaria. Bahkan ada juga yang menduga sebagai markas tentara Belanda. Diperkirakan saat itu mereka menggunakan sistem sewa untuk menempati bangunan tersebut. Benarkah ? Rasanya cukup meragukan. Menurut penjaga gedung, Sukardi, bangunan yang bernomor asli 4 ini diperkirakan dibagun pada tahun 1920-1921. Sejak awal tidak banyak peromb...

JALAN - JALAN KE BONG SAWANGAN

BONG CINA SAWANGAN Indonesia memang kaya akan beragam budaya. Multi etnis yang ada membuat kita mengenal beragam tradisi. Salah satu tradisi unik adalah penguburan etnis China yang bisa melibatkan puluhan warga di sekitar kuburan untuk berpartisipasi. Seperti halnya yang terjadi di Kompleks Bong Cina Sawangan Purbalingga yang diperkirakan sudah ada sejak tahun 1920-an. Dukuh Sawangan sendiri terletak di Desa Banjaran, Bojongsari. Di sebagian lahan inilah terdapat areal pekuburan yang hampir keselurahannya permanen. Bahkan beberapa bangunan bernilai sampai ratusan juta Rupiah. Fantastis. Keberadaan kompleks Bong Cina dikenal warga secara turun temurun sebagai makam para warga keturunan Tionghoa yang sudah membeli tanah tersebut sejak awal. Sebagian besar masyarakat sekitar mengenal tempat ini sebagai " gedung besar, bertangga, tinggi dan bercat putih". Memang, Bong Sawangan memiliki bentuk yang cukup khas. Terutama di kompleks utama yang memiliki pagar keliling tinggi be...