Langsung ke konten utama

Postingan

BATIK PURBALINGGA DIMULAI DARI ERA NAJENDRA

Sore yang terbalut hujan. Seketika nama udan liris mampir di pikiran. Eh, lalu bagaimana dengan truntum, kawung, lumbon, sekar jagad atau bahkan cebong kumpul ? Semarga kan ? (Oleh : Anita W.R.) Pertanyaan itu kian menggelitik setelah pertemuan pertama saya dengan seseorang ini terjadi pada Desember 2013. Satu kalimat yang saya ingat darinya adalah " Batik Purbalingga itu sudah punya khas sejak awal ". Antara takjub, bingung dan tidak mudheng , rangkaian penasaran itu saya endapkan hingga menuju 2 tahun. Ya, bicara Batik, banyak informasi, artikel sampai literatur yang membahasnya. Namun batik Purbalingga, hanya sekelumit yang saya ketahui. Padahal saya ada di kota ini sejak lahir dan tinggal dikelilingi beberapa pembatik sepuh. Memori saya pada bagian ini sepertinya tidak terlalu baik, sampai-sampai sulit membacanya. Tapi kalau boleh, ijinkan saya menyebut nama mereka satu per satu. Eyang Din, Mbah Sastro, dan Mbaeh Nana adalah nama-nama pembatik sepuh yang...

Repost & Ralat : Anak-anak Muda ini Kerrrrreeeeennnn !!

Dari ujung telepon di negeri (begitu mereka menyebut wilayahnya) sana, seseorang ini berkata " Kesenangan itu bukan berarti nekat ". Saya mengulum senyum membayangkan berapa prosentase kesenangan dan kenekatan untuk berbincang dengannya. (Oleh : Anita W.R) Bukan kawan lama yang berucap. Namun dia ( dan mereka ) membawa udara segar ditengah pengapnya rutinitas. Mereka inilah sebagian kecil anak muda Purbalingga yang membuat saya iri. Terutama pada semangatnya. Tidak yang menggebu-gebu sih tapi kontinyu. Sessi obrolan ngalor ngidul ini memang dilakukan atas nama pekerjaan. Beruntung keenam anak muda ini sudah sangat akrab dengan media. Hampir tidak ada kesulitan membuat insertion mengenai mereka selain durasi yang hanya diplot 5 menit. Program ini saya garap untuk salah satu media penyiaran publik lokal di Purbalingga. Lalu, siapa sajakah mereka ? Dengan rekomendasi beberapa kawan pewarta daaaaan..... emmmm stalking di sosmed (eh, nggak murni stalking lho ya)...

Saat MBAH SUMIRAH Berkisah

Pertemuan kami ini tidaklah disengaja. Tanpa janji dan bahkan tanpa saling mengenal. (Oleh : Anita W.R.) Mukanya terlihat kaget ketika saya merasakan daun pintu itu terbuka. " Siapa ya ?", tanya ia bergetar. Setelah menyebut nama, sayapun disilakan duduk di ruang tamunya yang cukup lebar. Ada dua set mebelair tertata rapi. Khas ruang tamu rumah lawas yang penuh dengan banyak kursi. Beberapa menit setelah ia kembali dari kamarnya, " Sebenarnya saya mau ke kantor. Tapi tidak apa-apa kalau Nak ini mau ketemu ". Ucapannya ini membuang rasa tidak enak saya yang suka slanang-slonong . Dan kisah demi kisah pun terlontar dari perempuan sepuh bernama Sumirah Soetardjo ini.  Mbah Sumirah adalah seorang veteran Pejuang Pembela Kemerdekaan RI di Purbalingga. Dari beberapa perempuan pejuang seumurnya, ia yang paling sehat di usia senjanya. Perannya dalam perjuangan memang bukan sebagai pemanggul senjata. Namun kegesitannya sangat dibutuhkan untuk mengumpulkan d...