Langsung ke konten utama

Postingan

LEMPAR KERIKIL SAAT MITONI

Tujuh bulan. Inilah usia saya dalam kandungan seorang perempuan yang saya panggil Ibu. Terlalu dini lahir ? Saya rasa tidak, karena dalam hitungan Jawa, Ibu mbobot pitung wulan sudah bisa disebut hamil tua. Dan sang jabang bayi pun siap untuk dilahirkan sewaktu-waktu. Begitu sakralnya angka ini, sehingga tak mengherankan jika kemudian ada tradisi mitoni atau nujuh bulan. JARANG DITEMUKAN Sungguh tidak mudah menemukan tradisi mitoni di tempat sekitar saya tinggal saat ini. Kini, sebagian besar ibu hamil akan melakukan “selamatan” saat umur bayi dalam kandungan 4 bulan yang biasa disebut dengan “ngupati” atau “ngapati”. Tapi bagi mereka yang memiliki kelebihan dana sih bisa saja melaksanakan keduanya. Lha wong “ selamatan ” khan boleh saja setiap waktu digelar. Selamatan itu kan pada dasarnya upaya dari manusia untuk menjaga kelestarian hubungan yang selaras, seimbang dan harmonis dengan Sang Maha Agung. Istilah gampangnya kita “ ndonga ” gitu lho. (ilustrasi diambil dari...

KEBERUNTUNGAN WIJAYA KUSUMA

Kembang Wijayakusuma itu misterius. Mekarnya bikin orang serumah sirep . Memang “kekuatannya” yang bisa membuat kami kena sirep atau pada dasarnya kami sudah ngantuk berat, tidaklah diketahui pasti. Yang pasti itulah yang terjadi saat jelang mekarnya Wijayakusuma beberapa waktu lalu. Kembang cantik berwarna putih ini dikenal akan mitosnya. Bahkan disebut-sebut sebagai salah satu syarat bagi calon Raja yang akan naik tahta di Keratonan Jogja-Solo. Adapula seorang teman yang menyebut, jika Queen of the Night ini ditunggu seekor macan. Sehingga sangat tidak mudah untuk bisa menyaksikan mekarnya yang hanya beberapa menit saja. Apapun (kata orang) itu, saya pribadi memang menunggu mekarnya bunga cantik berwarna putih ini. Saya harus menunggu hampir sebulan untuk melihat bakal bunganya ini siap untuk mekar. Jelang senja adalah waktu yang bisa menjadi penanda kapan ia mekar. Saat kelopaknya mulai terlihat gendut, artinya malam nanti ia siap untuk menebarkan aroma harumn...

MIMITI

Mimiti berasal dari kata miwiti yang artinya mengawali. Monggo boleh buka saja di postingan sebelumnya. Foto diatas adalah tradisi mimiti yang berlangsung di tepian Bendung Gerak Slinga Purbalingga awal Maret 2015 lalu. 

Melayang-layang,...

Saya cukup diuntungkan dengan pekerjaan saya. Hanya dengan alasan "motret" saja bisa membuat saya bisa melenggang sejenak dari kantor dan melesat menyaksikan puncak acara peringatan HUT TNI AU ke-69 Lanud Wirasaba Purbalingga.  Memang saya agak telat sampai di lokasi. Dari 8 penerjun yang diturunkan hanya beberapa yang berhasil saya saksikan di Alun-alun Kabupaten Purbalingga ini. Takjub juga ya mengingat lokasi tidak mudah. Banyak tower, banyak lampu dsb yang butuh jam terbang tinggi untuk menaklukannya. Yang jelas si siang ini mata saya cukup dimanjakan dengan perform oke mereka. Masalah hasil jepretannya, lha wong saya super amatir kok ya beginilah hasilnya. Mungkin kalau saya rajin latihan dan bisa editing akan jauh lebih baik ya ? (Untung objek fotonya keren) Kedelapan penerjun usai menjalankan misinya Tak hanya terjun payung, aksi juga dimeriahkan oleh para motor dan fly pass.

BUNTIL NYLEKAMIN MBOK MAKSUDI

ABG action dan fotonya beredar di Sosmed itu biasa,... tapi foto Mbah Penjual Buntil beredar di mahakarya Marc Zuckerberg ? Hmmm, ini neh yang bikin saya dan teman-teman mencari tau siapa gerangan dirinya. Rasa penasaran ini membawa saya menyusuri jalan-jalan perkampungan yang dinamai Kampung Baru di selatan Gelora Guntur Daryono Purbalingga. Kehebohan ini bermula dari akun sosmed mereka yang bergelut membesarkan "UMKM Perwira". Pertanyaan "Siapakah beliau ?" dalam foto seorang Perempuan Sepuh nyampingan membawa tenggok berisi Buntil dan tengah berjualan di trotoar memancing deretan komentar. Sampai akhirnya terdeteksi juga bahwa Sang Mbah Buntil ini adalah satu-satunya produsen dan penjual Buntil di wilayah Purbalingga Kidul. Dan kini produk olahannya dikenal dengan sebutan BUNTIL MAKSUDI. foto diambil dari facebook milik Adi Purwanto SEJAK TAHUN '65 Siang nan terik membawa saya ngadem di kediaman Mbah Maksudi. Nama aslinya adalah Sukesi a ...