Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2015

BATIK PURBALINGGA DIMULAI DARI ERA NAJENDRA

Sore yang terbalut hujan. Seketika nama udan liris mampir di pikiran. Eh, lalu bagaimana dengan truntum, kawung, lumbon, sekar jagad atau bahkan cebong kumpul ? Semarga kan ? (Oleh : Anita W.R.) Pertanyaan itu kian menggelitik setelah pertemuan pertama saya dengan seseorang ini terjadi pada Desember 2013. Satu kalimat yang saya ingat darinya adalah " Batik Purbalingga itu sudah punya khas sejak awal ". Antara takjub, bingung dan tidak mudheng , rangkaian penasaran itu saya endapkan hingga menuju 2 tahun. Ya, bicara Batik, banyak informasi, artikel sampai literatur yang membahasnya. Namun batik Purbalingga, hanya sekelumit yang saya ketahui. Padahal saya ada di kota ini sejak lahir dan tinggal dikelilingi beberapa pembatik sepuh. Memori saya pada bagian ini sepertinya tidak terlalu baik, sampai-sampai sulit membacanya. Tapi kalau boleh, ijinkan saya menyebut nama mereka satu per satu. Eyang Din, Mbah Sastro, dan Mbaeh Nana adalah nama-nama pembatik sepuh yang...

Aku, Kamu dan Kopi Kita di Espede Cafe

Aroma pahit berbaur jeruk khas Kopi Kintamani menyeruak dari kepulan asap di cangkir yang tengah tersaji. Yang bikin surprise adalah saya menikmatinya di kota sendiri. Tepatnya Espede Cafe Purbalingga. (Oleh : Anita W.R.) Saya cukup diuntungkan sebagai warga pusat kota Purbalingga. Akses mudah berkenalan dengan tren, walau pada dasarnya saya bukan anak gaul. Termasuk cafe baru yang memasang tagline " Aku, Kamu dan Kopi Kita ". Jujur saja, susunan kata yang nampang di salah satu sudutnya inilah yang membawa saya bergegas menuju Espede Cafe di Jalan Letkol Isdiman no. 17 seberang Rumah Bersalin Panti Nugroho Purbalingga. Kalimat yang secara refleks mengingatkan saya pada salah satu karya pribadi dalam bentuk audio stories yang ditayangkan sebuah media lokal, " Kita dan Secangkir Kopi ". Beda ya ? Ah, sudahlah... anggap saja mirip.  Dan apakah saya bertemu Rio seperti dalam kisah yang saya tulis berminggu-minggu itu ? Tentu saja tidak. Karena sang p...

MENCICIPI ES KRIM KHAS THAILAND

Siapapun, tak terkecuali anak-anak bisa saja menggemari es krim. Macamnya makin hari makin aduhai. Bukan lagi es dung dung semata ya. Walaupun bisa dibilang rasa es jaman kecil ini begitu long lasting. Aroma dan rasa santannya bikin gurih, dan cone-nya yang super murah langsung melempem begitu kena dinginnya adonan es. Tapi itulah nikmatnya. Cone yang berasa gontok-gontokan dengan gigi dan es krimnya yang paling hanya dua rasa. Putih dan cokelat. Hahaha. foto diunduh dari sini Nah, sekarang yang tengah digandrungi anak-anak muda adalah es krim Thailand. Penasaran, saya pun mencoba menuju lokasi rujukan untuk menikmati es krim Thailand di Purbalingga ini. Mereka menyebut " Es krimnya digulung-gulung getoh, dimasak diatas wajan lho Mbaaaaak,.. ". Waaah, seperti apa sih ? Foto diambil di Hulala Ice Cream Pan, Jl. JendSud Timur Purbalingga Di banyak kota besar di Indonesia, es krim ini banyak dijajakan di kaki lima atau jadi gerai franchise kok. Cara membuatn...