Namanya Jiwel. Sebagian menuliskannya dengan Ciwel. Entah mana yang lebih tepat. Tapi menyesuaikan dialek Banyumasan, saya lebih suka menyebutnya sebagai Jiwel. Lebih mantap dan lebih punel. Seperti rasanya yang gurih bersemu manis dengan komposisi yang terasa lembut namun kenyal. (Anita W.R.) Camilan berat ini adalah salah satu favorit keluarga saya, terlebih ketika sedang mudik di kampung halaman Bapak yang berada pada lereng Gunung Pelana. Jiwel ini terbuat dari ketela pohon atau singkong. Dalam bahasa Jawa, kadang disebut "budin". Katanya sih kalau di"buden"i (dituruti.Jawa) bisa jadi apa saja. Mau digoreng, rebus, bakar atau yang melalui proses lanjutan bisa. Sebut saja hasilnya ada lemet atau pipis, gethuk, cimplung, ondol-ondol sampai jiwel. Untuk membuatnya singkong yang telah bersih mesti diparut terlebih dulu. Kemudian diperas hingga tersisa ampasnya saja. Ampas inilah yang diberi tambahan garam dan dikukus. Proses dilanjutkan dengan menumbuk ...
"Serupa Diary"