Kopi instan. Mendengar ini yang saya pikirkan adalah : minuman berwarna cokelat muda dengan aroma campuran susu, kopi, cokelat. Bukan sebuah minuman favorit. Eits,.... Ralat. Tepatnya sudah bukan lagi favorit. Belasan tahun silam, saat masih berseragam putih abu-abu kopi isntan adalah pelengkap untuk dicap keren. Tentu saja selain harus menjadi pengurus OSIS, anak band, dan bisa main basket. Dan stempel keren itulah yang membuat saya akrab dengan kopi instan. Bahkan sampai memasuki dunia kerja. (gambar diambil dari sini) Jangan pernah mengartikan semua kebiasaan itu membuat saya menjadi penggila kopi. Tidak. Saya meminumnya hanya ketika menginginkannya. Bisa jadi setiap hari, dua kali sehari atau bahkan sebulan sekali. Ikut mood saja. Tujuannya adalah biar saya mendapatkan rasa seperti yang tertera dalam bungkus sachetnya. Karena buat saya, sebenarnya semua rasa kopi instan adalah sama. Paling hanya tingkat manisnya saja yang sedikit berbeda. Itupun tipis. Emmm, ini...
"Serupa Diary"